Siapa Dia

Guru Honorer Ngawi Ini Tinggal di Rumah Reot, Seatap dengan Kambing

Keseharian Sri Hartuti sebagai guru honorer di SD Negeri Pandean Kecamatan Karanganyar Ngawi.

Ngawi (beritajatim.com) – Dinding rumah anyaman bambu berlapis terpal berlantai tanah dan terletak di pinggir hutan tak dipermasalahkan Sri Hartuti. Guru honorer di SD Negeri Pandean 4, Kecamatan Karanganyar, Ngawi itu beralapang dada ketika harus tinggal di gubugnya bersama suami dan tiga orang anaknya. Bahkan, satu atap dengan kambing yang dia pelihara.

Pengabdiannya sebagai guru tak perlu diragukan lagi. Bahkan sudah 14 tahun dia jadi guru. Dia rela berangkat pagi dari rumah menuju ke sekolah demi mencerdaskan anak-anak Kabupaten Ngawi. Namun, honornya tak sebanding dengan jasanya. Dia hanya menerima Rp 300 ribu per bulan. Jumlah itu jelas tak cukup dengan kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anaknya.

Keseharian Sri Hartuti sebagai guru honorer di SD Negeri Pandean Kecamatan Karanganyar Ngawi.

Suaminya, Anggi Nugroho, tak memiliki pekerjaan tetap. Kesehariannya bekerja serabutan. Mulai dari ikut jadi kuli memanen padi, kuli bangunan, hingga kuli tebang tebun. Namun, hasilnya masih belum bisa menutup kebutuhan keluarga. Namun, itu tak masalah bagi Sri. Dia tetap mengabdi pada keluarga sebagai istri dan seorang ibu.

‘’Honor saya dan hasil kerja suami belum cukup untuk memenuhi kebutuhan. Masih ada yang kurang. Tapi ya kami hidup apa adanya seperti ini, yang ada disyukuri,’’ kata guru kelas V SD itu.

Keseharian Sri Hartuti sebagai guru honorer di SD Negeri Pandean Kecamatan Karanganyar Ngawi.

Pada awalnya, dia sempat tidak gajian. Kemudian, Sri mulai dapat honor. Honornya hanya Rp 50 ribu. Kemudian naik jadi Rp 100 ribu. Dan kini jadi Rp 300 ribu. Rumahnya yang kini dia tinggal itu pun numpang di lahan Perhutani. Saat dia meminta ijin untuk mendirikan rumah, diberikan ijin oleh Perhutani.

‘’Akhirnya kami bangun empat tahun silam. Adanya seperti ini. Kami tinggali bersama. Meski bersama kambing ya tidak masalah. Itu juga rezeki kami. Kami syukuri,’’ terangnya.

Jauh dalam hatinya, dia ingin memiliki tempat tinggal yang layak. Sekaligus, dia bisa segera diangkat jadi aparatur sipil negara. Bahkan, sesuai dengan kualifikasi minimal, dia bisa masuk untuk mendaftar salon pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (CPPPK).

Tak sedikit dukungan yang mengalir untuk Sri. Rekan-rekan guru di sekolah tempat dia mengajar kerap memperhatikannya. Bahkan, sering memberikan bantuan. Hati mereka teriris saat pertama kali datang ke rumah Sri.

‘’Pernah datang ke rumah bersama rekan-rekan lain saat Bu Sri melahirkan. Semua menangis, tidak bisa membayangkan kalau hujan angin bagaimana dengan kondisi rumahnya. Kami sarankan agar sekeluarga tidur di atas, agar tidak digigit binatang. Memang benar satu atap dengan kambing. Air pun sulit di sana,’’ terang Supatmi, guru SD Negeri Pandean 4. [fiq/but]

Apa Reaksi Anda?

Komentar

beritajatim TV dan Foto

BPOM RI Segel Jamu Tradisional di Banyuwangi

Korban Pelecehan Harus Berani Lapor

Coba Yuk Spa Kurma di Surabaya