Ragam

2 Pusaka Presiden Soekarno Dijamasi di Kediri, Ini Jenisnya

Kediri
2 pusaka Soekarno dijamas di Kediri

Kediri (beritajatim.com) – Dua pusaka Presiden RI Soekarno berupa, tombak dan keris dilakukan ritual penyucian dan jamasan di Situs Ndalem Pojok, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri.

Presiden Soekarno menyebut dua pusaka berupa, tombak dan keris itu adalah Kiai Gadakan yang diperoleh saat sang Proklamator mengadakan kunjungan di Grobokan, Jawa Tengah.

“Namanya Kiai Gadakan. Begitu Bung Karno dan keluarga kami menyebut. Sejarahnya keris dan tombak ini adalah pemberian seorang kepada Desa di Grobokan saat Presiden Seokarno bersama Eyang kami sebagai Kepala Rumah Tangga Istana RI kami mengadakan kunjungan pemberantasan buta huruf disana,” aku RM. Kuswartono, selaku Ketua Yayasan Pandji Saputro Ndalem Pojok, selaku pewaris pusaka tersebut.

“Kemudian Presiden Soekarno meminta untuk disimpan di Ndalem Pojok. Kami sendiri tidak tahu mengapa harus disimpan disini,” terusnya.

Kediri
2 pusaka Soekarno dijamas di Kediri

Sementara Ketua Harian Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno Kediri mengatakan, jamasan pusaka Bung Karno ini adalah agenda rutin bulan Suro dan proses jamasan memerlukan waktu sepekan.

“Ini agenda rutin bulan Suro. Prosesnya agak panjang pertama kita telah melakukan ritual pelepasan warangka, baju pusaka. Kemudian setelah dilepas, pusaka direndam selama tiga hari sampai satu Minggu,” tutur Kushartono.

Proses perendaman menggunakan air campuran buah mengkudu. Disela-sela perendaman yang beberapa hari itu kita gosok halus dengan jeruk nipis.

Baca Juga : 7 Pusaka Keraton Sumenep Dikembalikan Usai Penjamasan

Dihari terahir baru dicuci bersih, pusaka dibilas menggunakan air kembang setaman. Selanjutnya dimasukkan dengan warangan, setelah itu dicuci lagi menggunakan air pronojiwo, baru kemudian dibaluri dengan minyak khusus.

“Minyak khusus ini terbuat kelapa gading, tapi pembuatnya haruslah orang tua atau nenek-nenek yang sudah tidak menstruasi,” terang Kus.

Setelah diberi minyak ini baru kita lakukan ujuban dan didoakan melalui slametan dengan mengundang tetangga sekitar khusus yang sudah tua dan terahir jamasan.

“Kalau dahulu persiapannya harus puasa satu bulan pemuh bulan Suro dan kalau selamatan keris, harus yang hadir harus orang-orang tua, tidak pemuda apalagi anak-anak,” ujarnya.

Namun sekarang sudah berbeda, Kus mengatakan, mencari orang sepuh agak kesulitan. Puasa satu bulan penuh belum mampu, namun setidaknya waktu prosesi pengerjaan dalam keadaan puasa minimal 7 atau 3 hari.

Ritual jamasan ini sebenarnya terbuka untuk umum, masyarakat yang memiliki pusaka peninggalan leluhur bisa ikut jamasan bersama pusakan Presiden RI pertama ini.

“Kami akan memberikan penghormatan kepada orang-orang yang punya pusaka seperti keris, tombak, pedang belati dan lain-lain dan mencintai pusaka. Jadi yang hadir harus membawa pusaka,” aku M. Ng. Erwan Yudiono, selaku pengurus komunitas Pelestari Sejarah Budaya Kadhiri.

Dengan cara ini, panitia berharap masyarakat yang ingin hadir lebih termotivasi untuk mencintai dan memulyakan pusaka.

Baca Juga : Dijamas Tiap Tahun, Ini Tiga Pusaka Milik Pendiri Ponorogo

Bagi Ndalem Pojok pusaka itu adalah simbol jati diri, kemulyaan dan keluhuran budi bangsa Indonesia. Untuk itu dia berharap pusaka harus benar-benar dirawat agar bangsa ini tidak kehilangan jatidirinya. Maka prosesi Jamasan Pusaka Bung Karno syarat makna pendidikan kebangsaan.

kediri
2 pusaka Soekarno dijamas di Kediri

“Bagi kami pusaka itu adalah simbol. Simbol jati diri, kemuliaan, dan keluhuran budi bangsa Indonesia. Dan kemulyaan itu harus dijaga, jangan dikotori. Untuk itu pada waktunya harus ada proses penyucian, makanya puasa,” terang Kushartono.

“Alhamdulillah setelah prosesi Jamasan pusaka Presiden Soekarno ini kami hikmah, mendapat pengertian bahwa Bung Karno seoalah-olah ingin mengatakan, kita ini punya pusaka, bangsa ini punya pusaka, yang harus dijaga bahkan disucikan,” ungkapnya.

“Karena ini bertepatan bulan Agustus maka kami mendapat inspirasi, dua pusaka itu adalah pusaka bangsa dan negara,dua azimat Kemerdekaan Bangsa dan anugerah berdirinya NKRI. Mari kita jaga dua hal itu,” bebernya.

Pihaknya berharap agar bangsa Indonesia tidak kehilangan kemerdekaan bangsa dan kehilangan kecintaan terhadap NKRI. “Dua itu hilang kita menjadi gelandangan selamanya. Ini pemahaman yang kami dapatnya dalam Jamasan dua pusaka Presiden RI,” pungkasnya. [nm/ted]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks



Apa Reaksi Anda?

Komentar