Berita Redaksi

Santri Tebuireng Jombang ‘Ngaji’ Feature

tebuireng jombang
Pimpinan Redaksi (Pimred) Tebuireng Online M Abror Rosyidin (kiri) bersama pemateri Yusuf Wibisono (tengah) serta moderator Al Fahrizal

Jombang (beritajatim.com) – Wartawan beritajatim.com Yusuf Wibisono, menjadi pemateri dalam pelatihan menulis feature yang digelar oleh pondok pesantren Tebuireng Jombang, Jumat (3/3/2023). Sedikitnya 25 peserta mengikuti pelatihan yang digelar di Auditorium Ma’had Aly Hasyim Asyari ini.

Selain santri Tebuireng, puluhan peserta itu merupakan mahasiswa Unhasy (Universitas Hasyim Asyari) dan mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asyari. Acara berlangsung dinamis. Peserta mengikuti paparan materi yang disampaikan oleh wartawan beritajatim.com ini hingga selesai.

Sebelum masuk ke materi pokok, Yusuf terlebih dulu mengulas asal mula munculnya model penulisan feature. Model ini, menurutnya, pertama kali dikembangkan oleh dua pemuda lulusan Universitas Yale Amerika Serikat, Briton Hadden dan Henry Luce. Pada Maret 1923 mereka menerbitkan majalah Time.

BACA JUGA:
Menulis Feature, Menghidupkan Panca Indera

Time menampilkan model penulisan yang berbeda. Mereka tidak lagi menggunakan penulisan berita model piramida terbalik yang biasa dipakai wartawan sejak abad XIX. Yakni, menaruh informasi penting (5W 1H) di awal. Semakin ke bawah informasi yang disuguhkan semakin tidak subtansial.

Sebagai gantinya, majalah Time menyuguhkan model penulisan feature, yakni berita dengan gaya bercerita atau bertutur. Gayung pun bersambut, Time mendapat sambutan hangat dari warga Amerika Serikat. Seiring laju waktu, Time akhirnya menjadi majalah yang terkenal di seluruh dunia.

“Sedangkan di Indonesia, menulis dengan model feature ini pertama kali dikembangkan oleh majalah Tempo. Majalah yang digawangi oleh Goenawan Muhamad dkk ini pertama terbit pada 1971. Tempo juga mendapatkan tempat di hati masyarakat dengan model itu. Nah, saat ini sudah banyak media yang menggunakan model tulisan feature,” kaya Yusuf.

Bukan Sekadar Menyusun Kalimat

tebuireng
Peserta pelatihan menulis feature yang digelar pesantren Tebuireng Jombang

Yusuf kemudian menjelaskan secara panjang lebar tentang teknik menulis feature. Mulai pengertian, kemudian teknik membuat judul, lead (teras berita), tubuh berita, hingga penutup atau ekor tulisan. Yusuf menyarankan agar lead dalam feature dimulai dari hal yang ringan, tapi baru.

“Berita model piramida terbalik atau straight news (berita langsung) berbeda dengan feature. Menulis feature bukan sekadar menyusun kalimat. Tapi juga harus bisa memantik emosi pembaca. Tentunya dengan menggunakan gaya bertutur. Dalam feature unsur 5W 1H (What, Who, When, Why, Where, dan How) menyebar. Agar tetap fokus dalam menulis feature maka buatlah outline (kerangka cerita),” ujarnya.

BACA JUGA:
Uglu dan Beritajatim.com

Bukan hanya mengupas materi, wartawan beritajatim ini juga memberikan sejumlah contoh tulisan feature yang pernah digarapnya. Semisal berita dengan judul Tujuh Malah dalam Dekapan Banjir. Tulisan itu dibedah bersama-sama dengan peserta. Di ujung pelatihan, peserta diberita tugas membuat deskripsi.

Masing-masing peserta diminta menuliskan deskripsi visual (penglihatan) suatu tempat sebanyak satu paragraf. Setelah selesai dan dievaluasi, peserta diminta menambahi tulisan yang sudah dibuat itu dengan deskripsi suara sebanyak satu paragraf lagi. Begitu seterusnya hingga deskripsi lima panca indera semuanya lengkap.

Pimpinan Redaksi (Pimred) Tebuireng Online, M Abror Rosyidin memberikan apresiasi kepada wartawan beritajatim yang sudah memberikan materi tentang feature secara panjang lebar. Dia berharap, materi-materi tersebut bisa diserap dan dipraktikkan oleh peserta. Utamanya para reporter majalah Tebuireng dan Tebuireng online.

BACA JUGA:
Mengenang Peter A. Rohi Dalam Catatan Jurnalis Pejuang, Pejuang Jurnalis

Abror mengakui, sangat sulit mencari penulis feature. Selama ini reporter di Tebuireng Media Group (TMG) lebih banyak menghasilkan tulisan straight news dan artikel pop. Giliran diberi tugas untuk membuat feature, mereka angkat tangan. Oleh karena itu, pihaknya menggelar pelatiha khusus menulis feature.

Abror juga memantau pelatihan tersebut hingga selesai. “Semoga materi yang disampaikan tadi bisa diserap peserta dan dipraktikkan. Pelatihan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan-pelatihan sebelumnya. Semisal pelatihan fotografi dan videografi,” pungkas Abror. [ted]

Apa Reaksi Anda?

Komentar

beritajatim TV dan Foto

BPOM RI Segel Jamu Tradisional di Banyuwangi

Korban Pelecehan Harus Berani Lapor

Coba Yuk Spa Kurma di Surabaya