Surabaya (beritajatim.com) – Para pemburu diskon, tentu saja sudah tidak asing dengan istilah Black Friday. Kata ini muncul pertama kali muncul di Amerika pada tahun 1960-an. Asal mulanya pada waktu itu, beberapa orang di kepolisian Philadelphia kewalahan menghadapi turis dari pinggiran kota menimbulkan kekacauan. Hal itu terjadi karena mereka menyerbu pusat perbelanjaan untuk membeli aneka keperluan Natal.
Kejadian itu dapat dikatakan cukup anarkis sehingga menggambarkan Black Friday atau Jumat yang kelam/ gelap. Beberapa orang sempat mencoba untuk mengganti istilah Black Friday menjadi Jumat Berkah atau Big Sale. Namun, rasanya kurang cocok atau pas dengan kejadian terjadi waktu itu.
Hingga Black Friday sudah menjadi ikon positif di tengah kegaduhan yang pernah terjadi. Perayaan Black Friday menjadi waktu berkumpul keluar dengan teman untuk berbelanja bersama menjelang Natal dan Tahun Baru. Hal ini dikarenakan pada akhir tahun banyak toko menjadikan Black Friday untuk cuci gudang.
Bahkan tanpa disadari, Black Friday menjadi momen khusus yang ditunggu-tunggu sejak pertengahan tahun. Tentu saja, banyak produk yang dijual dengan diskon besar-besaran biasanya produk gadget yang paling dinantikan oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Perbedaannya, seringkali perayaan Black Friday di Indonesia tidak ada karena mayoritas penduduknya Muslim. Tapi, beberapa toko atau pusat perbelanjaan melakukan hal ini karena ikut-ikutan dengan tren di Barat atau mengikuti manajemen toko yang pusatnya di Amerika atau Eropa.
Namun, biasanya momen belanja dan diskon besar di Indonesia terjadi menjelang Lebaran dan akhir tahun. Bukan hanya itu, marketplace mengadakan Harbolnas atau Hari Belanja Online Nasional. Maka dari itu, setiap bulan pada tanggal dan bulan dengan angka kembar diberikan banyak diskonan.
Memang perayaan black friday ini awalnya menggambarkan adanya kekacauan dikarenakan diskon dan produknya terbatas sehingga sebagian besar masyarakat menjadi brutal. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, istilah Black Friday hampir berubah total. Tentu saja, black friday menjadi perayaan belanja di minggu terakhir November yang dicari oleh banyak orang. Selain itu, momen ini ditunggu oleh sebagian besar toko untuk meningkatkan omzet mereka dengan cepat hingga perayaan Natal serta Tahun Baru tiba.
Surabaya (beritajatim.com) – Para pemburu diskon, tentu saja sudah tidak asing dengan istilah Black Friday. Kata ini muncul pertama kali muncul di Amerika pada tahun 1960-an. Asal mulanya pada waktu itu, beberapa orang di kepolisian Philadelphia kewalahan menghadapi turis dari pinggiran kota menimbulkan kekacauan. Hal itu terjadi karena mereka menyerbu pusat perbelanjaan untuk membeli aneka keperluan Natal.
Kejadian itu dapat dikatakan cukup anarkis sehingga menggambarkan Black Friday atau Jumat yang kelam/ gelap. Beberapa orang sempat mencoba untuk mengganti istilah Black Friday menjadi Jumat Berkah atau Big Sale. Namun, rasanya kurang cocok atau pas dengan kejadian terjadi waktu itu.
Hingga Black Friday sudah menjadi ikon positif di tengah kegaduhan yang pernah terjadi. Perayaan Black Friday menjadi waktu berkumpul keluar dengan teman untuk berbelanja bersama menjelang Natal dan Tahun Baru. Hal ini dikarenakan pada akhir tahun banyak toko menjadikan Black Friday untuk cuci gudang.
Bahkan tanpa disadari, Black Friday menjadi momen khusus yang ditunggu-tunggu sejak pertengahan tahun. Tentu saja, banyak produk yang dijual dengan diskon besar-besaran biasanya produk gadget yang paling dinantikan oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Perbedaannya, seringkali perayaan Black Friday di Indonesia tidak ada karena mayoritas penduduknya Muslim. Tapi, beberapa toko atau pusat perbelanjaan melakukan hal ini karena ikut-ikutan dengan tren di Barat atau mengikuti manajemen toko yang pusatnya di Amerika atau Eropa.
Namun, biasanya momen belanja dan diskon besar di Indonesia terjadi menjelang Lebaran dan akhir tahun. Bukan hanya itu, marketplace mengadakan Harbolnas atau Hari Belanja Online Nasional. Maka dari itu, setiap bulan pada tanggal dan bulan dengan angka kembar diberikan banyak diskonan.
Memang perayaan black friday ini awalnya menggambarkan adanya kekacauan dikarenakan diskon dan produknya terbatas sehingga sebagian besar masyarakat menjadi brutal. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, istilah Black Friday hampir berubah total. Tentu saja, black friday menjadi perayaan belanja di minggu terakhir November yang dicari oleh banyak orang. Selain itu, momen ini ditunggu oleh sebagian besar toko untuk meningkatkan omzet mereka dengan cepat hingga perayaan Natal serta Tahun Baru tiba. [prd/bjo]
Komentar