Banyuwangi (beritajatim.com) – Festival Kebangsaan Banyuwangi tahun ini mengangkat tema Selametan Bumi Budaya Mandar. Seperti yang diketahui, kata Mandar bukan berasal dari warga suku asli Banyuwangi.
Mereka adalah kelompok warga atau sebuah suku yang berasal atau memiliki nenek moyang dari Pulau Sulawesi tepatnya di Sulawesi Barat. Warga suku Mandar, memiliki sejarah panjang di Bumi Blambangan, sama halnya mereka yang berada di tempat lain di nusantara ini.
Dikutip dari berbagai sumber, awalnya, para pelaut Mandar mulai berdatangan ke Banyuwangi, yang dulu disebut Blambangan, mulai abad 18 hingga 19. Tujuan utamanya untuk berdagang.
Mulanya, mereka tinggal di Ulupampang, yang sekarang dikenal Muncar bersama para pedagang lain dari Bugis, Melayu, Tionghoa, dan Arab. Kebijakan kolonial Belanda yang mengharuskan pemukiman berdasarkan etnis, membuat mereka harus pindah.
BACA JUGA:
Inovasi Petani Banyuwangi Tangkal Hama Bawang Merah
Para warga ini kemudian singgah dan mendiami pesisir Pantai Boom. Semakin lama lambat laun berkembang dan beranak pinak, hingga kini dikenal sebagai Kampung Mandar.
Mereka dikenal memiliki tradisi Petik Laut. Sehingga mengawali festival ini dilaksanakan Petik Laut di Pantai Seranite, Kampung Mandar, Kecamatan Banyuwangi. Ritual ungkapan rasa syukur kepada Tuhan serta memohon berkah rezeki dan keselamatan.
BACA JUGA:
Ribuan Guru Ngaji di Banyuwangi Dapat Insentif Total Rp9,8 M
Plt Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, M. Lutfi menyebut, Festival Kebangsaan digelar selama 4 hari di 2 lokasi. Pertama di area Plengsengan Kampung Mandar dan Gedung Seni Budaya (Gesibu) di RTH Taman Blambangan.
“Festival Kebangsaan juga dimeriahkan dengan agenda yang sarat edukasi. Ada workshop tradisi budaya oleh seniman kondang Didik Nini Thowok,” jelas Lutfi. [rin/beq]
Komentar