Surabaya (beritajatim.com) – Salah satu masjid di Kota Malang yang banyak menarik perhatian masyarakat luas adalah Masjid Tiban Malang. Masjid mewah ini banyak dipilih menjadi destinasi wisata religi bagi para wisatawan yang melancong ke Kota Malang.
Masjid Tiban Malang memang memiliki desain arsitektur yang unik namun tetap cantik, yakni perpaduan dari gaya Timur Tengah, India, Eropa dan Tionghoa. Ditambah dengan kemegahannya, karena terdiri dari 10 lantai dengan fungsi yang berbeda – beda.
Tidak hanya sebagai tempat ibadah dan kegiatan para santri, masjid ini juga memiliki ruang keluarga, pertokoan, serta roof top sebagai lokasi instagram-able bagi para pelancong.
Baca Juga: Mudik Gratis Pemprov Jatim, Catat Jadwal dan Rutenya
Selain dari bangunannya, ternyata ada hal lain yang membuat banyak orang penasaran dan ingin berkunjung langsung ke masjd ini. Yakni desas – desus yag beredar di kalangan masyarakat bahwa masjid ini dibangun dalam satu malam saja berkat campur tangan makhluk gaib bernama jin.
Ya, mitos beredar dengan cukup luas dan tentu saja memantik rasa ingin tahu yang tinggi dari mereka yang mendengarnya, tak heran jika masjid satu ini dipenuhi oleh para wisatawan yang ingin membuktikan kebenarannya. Lantas, seperti apa kebenaran sejarah Masjid Tiban Malang ini? Jika kalian adalah salah satu orang yang penasaran, simak ulasannya berikut ini.
Sejarah Masjid Tiban Malang
Masjid Tiban terletak di area pondok pesantren Biharu Bahri’ Asali Fadlaailir Rahmah, tepatnya di Jl. Anggur RT 27 RW 06 Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Asal – usul nama Masjid Tiban berasal dari masyarakat sekitar yang menganggap bahwa masjid ini tiba – tiba ada dan masyarakat tak pernah mengetahui kapan proses pembangunannya.
Tiban sendiri adalah sebuah Bahasa Jawa yang berarti ‘Jatuh’, sehingga mengisyaratkan seolah masjid ini tiba – tiba saja jatuh entah darimana asalnya. Selain itu, masjid ini juga banyak dikenal dengan nama Masjid Jin dan Masjid Ajaib, yang mana semuanya merujuk pada isu yang telah beredar mengenai hal gaib pada masjid ini.
Baca Juga: Pensiunan TNI AL Hilang 5 Hari di Mojokerto, Jenazah Ditemukan di Ladang Tebu
Faktanya, Masjid Tiban ini sebenarnya merupakan bagian dari Pondok Pesantren Salafiah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang diasuh oleh KH. Ahmad Bahru Mafdlaluddin Shaleh.
Pada mulanya Pondok Pesantren yang dikenal dengan Bi Ba’a Fadlrah ini merupakan kediaman dari Romo Kiai Ahmad, dan dirintis pada tahun 1963. Pemilihan wilayah Turen sendiri dilakukan setelah Romo Kiai Ahmad melakukan sholat Istikharah.
Barulah di tahun 1987 Masjid Tiban dibangun secara bertahap, dan pembangunannya dilakukan oleh para santri di malam hari. Sehingga masyarakat sekitar tak ada yang mengetahui atau bahkan menyadari mengenai pembangunan masjid ini.
Selain itu, pihak pondok pesantren juga berpendapat karena sekitar kawasan masjid memiliki banyak pohon kelapa, dan membuat proses pembangunan tertutupi. Barulah ketika masjid sudah memiliki 5 lantai, bangunan mulai terlihat dari luar dan membuat masyarakat Turen kebingungan.
Baca Juga: Gus Ipul Diprotes PKL di Alun-alun Kota Pasuruan
Proses pembangunan juga terus dilakukan meski sempat terlilit konflik surat IMB (Izin Mendirikan Bangunan). Bahkan hingga saat ini bisa dikatakan bahwa pembangunan dari Masjid Tiban belum juga rampung. Meski begitu, hal menarik lainnya dari Masjid Tiban adalah pembangunannya yang tidak menggunakan jasa arsitek, jadi murni melalui sholat istikharah dan petunjuk dari Allah SWT.
Hal ini tentu saja mencengangkan melihat keagungan dari Masjid Tiban yang luar biasa, dengan berbagai ornamen dan setiap detailnya yang indah. Siapapun pastinya tidak percaya jika bangunan itu tak menggunakan perencanaan arsitek.
Walaupun masih dalam proses finishing, tak membuat jumlah wisatawan dari masjid ini menjadi berkurang, bahkan terus bertambah. Apabila kalian ingin mencoba berkunjung ke sana, kalian tidak perlu khawatir karena Masjid Tiba dibuka selama 24 jam, dan tidak dipungut biaya sepeser pun.
Bagaimana? Apakah kalian tertarik berwisata religi ke Masjid Tiba? (mnd/ian)
Komentar