Jombang (beritajatim.com) – Meskipun masa jabatan Bupati Jombang, Mundjidah Wahab, berakhir pada 24 September 2023, upayanya untuk menghidupkan kembali Pasar Ngrawan Kecamatan Tembelang belum membuahkan hasil. Pasar ini tetap sepi dan tidak berdaya.
Sekitar 120 lapak untuk pedagang di area tengah tidak terisi. Sedangkan di sisi kiri dan kanan lapak tersebut masing-masing terdapat 11 kios atau ruko. Jumlahnya totalnya 22 kios. Setiap kios berukuran 1,8 X 3,8 meter.
“Sudah sejak dibangun pada 2016 kondisinya sepi. Lapak pedagang tidak ada yang menempati. Hanya kios yang masih ada orang jualan. Jumlahnya sekitar delapan kios. Hanya itu,” kata H Masulin (60), salah satu pedagang yang menempati kios di sisis selatan, Kamis (21/9/2023).
Masulin awalnya mendapati satu kios. Namun kios tersebut tidak cukup karena ukurannya sangat kecil. Hingga akhirnya dia membeli empat kios lainnya. Di tempat itu, Masulin dengan sang istri menjual kebutuhan sehari-hari seperti sembako dan lain-lain.
Masulin masih ingat, dia berjualan di pasar tersebut sekitar tahun 1994. Pasar masih model lama, berdekatan dengan jalan raya. Para pedagang sebagai besar adalah pindahan dari pasar ‘krempyeng’ Desa Mojokrapak Kecamatan Tembelang.
BACA JUGA:
Bupati Jombang Mundjidah Nyaleg Bersama Keluarga: Anak, Menantu, dan Cucu
Pada era 1990-an itu Pasar Ngrawan cukup ramai. Pedagang bukan hanya dari Tembelang. Tapi juga dari kecamatan lain. “Pasar Ngrawan menawarkan berbagai macam barang, termasuk sayuran, daging, dan kebutuhan pokok lainnya,” ujar pria kelahiran Desa Mojokrapak Kecamatan Tembelang ini.
Karena kondisinya yang semrawut, pasar ini kemudian dibangun sekitar tahun 2017 dengan anggaran Rp 1,8 miliar. Pembangunan selesai. Pasar berubah menjadi megah. Namun justru hal itu menjadi petaka bagi para pedagang.
Pasar yang berada di tepi jalan provinsi ini justru menjadi sepi, bahkan mati suri. Pembeli seolah enggan mampir berbelanja di pasar tersebut. Jumlah pedagang semakin hari semakin berkurang. Kemudian 2019 disiapkan anggaran untuk mengubah Pasar Ngrawan menjadi pusat oleh-oleh.

Wajah pasar ini dipercantik. Tulisan besar ‘Pusat Oleh-oleh Jombang’ juga terpampang di pasar bagian depan. Pusat oleh-oleh ini diresmikan Bupati Jombang Mundjidah Wahab pada Oktober 2021. Namun sayang, upaya yang dilakukan Bupati Mundjidah bertepuk sebelah tangan. Pusat belanja ini tetap saja sepi.
Mas’ud (57), pedagang lainnya mengungkapkan hal serupa. Mas’ud menempati di kios sebelah utara. Dia berjualan kebutuhan sehari-hari. Masud menilai, pasar yang direvitalisasi menjadi pusat oleh-oleh ini salah desain.
“Sempat ada yang jualan oleh-oleh di lapak bagian tengah. Namun karena sepi pembeli, akhirnya para penjual oleh-oleh tidak balik lagi. Bahkan sekarang lapak tersebut kosong,” kata Mas’ud sembari menunjukkan lapak yang dimaksud.
BACA JUGA:
Begini Jawaban Mundjidah saat Ditanya Kasiapannya Maju Lagi di Pilbup Jombang
Mas’ud menyebut bahwa pembangunan Pasar Ngrawan salah desain. Betapa tidak, kios yang ada di pasar tidak menghadap ke jalan. Tapi menyamping. Sudah begitu, pemerintah juga menetapkan aturan ketat dan ribet.
Semisal, tidak diperbolehkan berjualan di halaman pasar. “Dulu ada tukang tambal ban yang buka di depan, tapi diusir. Tidak boleh lagi buka. Padahal, pasar ini terlalu menjorok ke dalam, sehingga tidak terlihat oleh pengguna jalan,” ujarnya.
Kini pasar yang diubah menjadi pusat oleh-oleh tersebut kian merana. Lokasi pasar yang luas hanya dihuni delapan pedagang. Hingga jabatan Bupati Mundjidah segera selesai, pasar atau pusat oleh-oleh ini tetap mati suri. [suf]
Komentar