Surabaya (beritajatim.com) – Institut Teknologi Sepuluh (ITS) Surabaya mengukuhkan 6 guru besar baru. Mengingat, jumlah profesor sangat mempengaruhi kualitas dan pemeringkatan perguruan tinggi.
“Jumlah peneliti di ITS memang tidak sebanyak perguruan tinggi lain, tapi kita terus tingkatkan daya saing dalam bidang penelitian,” ujar Rektor ITS Prof Mochamad Ashari ditulis Kamis (21/9/2023).
Ashari mengungkapkan, ketimbang perguruan tinggi lain berdasarkan jumlah keseluruhan peneliti, publikasi ITS terus mengalami peningkatan. “Sejak 2019, Alhamdulillah ITS telah berhasil mencetak 50 profesor baru,” ungkapnya.
Sementara itu, Prof Wahyu Wibowo Guru Besar Departemen Statistika Bisnis dalam orasi ilmiahnya menyampaikan seputar pengembangan model semiparametrik spline multirespon.
Kata dia, model tersebut bisa menjadi strategi meningkatkan akurasi dalam pemodelan regresi yang dapat mengoptimalkan pengambilan keputusan suatu bisnis.
Sedangkan Prof Katherin Indriawati dari Departemen Teknik Fisika membawakan orasi ilmiahnya terkait peningkatan kemampuan sistem untuk melakukan pekerjaan tanpa kegagalan dalam sistem kontrol modern.
“Ada tiga strategi penting dalam sistem kontrol ini, yakni sensor less control, Fault Tolerant Control (FTC), serta deteksi dan identifikasi kesalahan,” terang guru besar ke-164 ITS tersebut.
Lalu, Prof Trihastuti Agustinah dari Teknik Elektro mengembangkan metode stabilitas dalam sistem kontrol robotik. Inovasi ini fokus menstabilkan sistem kontrol tracking pada pendulum kereta, drone, serta mobile robot yang banyak dipakai armada logistik.
Prof Dewi Hidayati melakukan optimalisasi pemanfaatan sejumlah organ dari tubuh ikan. Salah satunya dari kulit ikan patin yang dapat dijadikan sumber gelatin halal. Selain itu, ia juga meneliti organ penting ikan yang dapat menjadi indikator kualitas perairan.
Selanjutnya Prof Tri Arief Sardjono. Orasi ilmiahnya tentang analisis dan pemrosesan citra biomedis dalam bidang kedokteran. Ini diwujudkan dalam pengembangan Spring Charged Particles Model (SCPM).
SCPM sendiri merupakan sebuah model dengan kemampuan mengikuti kontur objek yang diminati. “Di dunia kedokteran, model ini dapat membantu diagnosis medis yang lebih akurat,” terangnya.
BACA JUGA:
Baliho Bergambar Prabowo dan Jokowi Dipasang Orang Misterius di Bojonegoro
Terkahir, Prof Drs Purhadi menyampaikan orasi ilmiahnya dalam keilmuan matematika statistika pada model regresi spasial. Model ini menganalisis korelasi dari distribusi statistik yang menentukan faktor signifikan dari suatu fenomena.
“Dengan model ini, dapat dianalisis faktor-faktor signifikan yang memengaruhi berbagai permasalahan baik alam dan sosial,” ungkap profesor Departemen Statistika tersebut. [ipl/but]
Komentar