Surabaya (beritajatim.com) – Sebagai seorang dokter yang telah berkarir sejak 1976, tentu membuat Prof Dr med Paul L. Tahalele syarat akan pengalaman dalam menangani pasien dengan beragam kasus penyakitnya.
Dokter sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FK UKWMS) itu pun berkesempatan membagikan ilmunya lewat sebuah goresan tintanya dalam buku ‘Bedah Toraks Pengalaman Klinis 43 Tahun’.
Bagi Prof Paul, menjadi seorang dokter khususnya di Indonesia harus kreatif dan inovatif. Menurutnya, dalam menjalankan segala profesi tentu terdapat keterbatasan. Sama halnya menjadi dokter apalagi mereka yang bertugas di wilayah dengan sarana terbatas.
“Dari kondisi tersebut kita harus belajar berpikir kreatif, memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar kita. Contoh, dulu saya memanfaatkan kain pel untuk menyerap darah ketika operasi,” ujar Prof Paul ditulis Rabu (29/3/2023).
Baca Juga: UKWMS Galakkan Ekspor Emas ke Mancanegara
Seiring makin bertambahnya pengalaman dan beragam kasus yang dihadapi, Prof Paul pun mencetuskan Tahalele’s Method. Metode ini terinsipirasi dari Prof Robert Hacker di Erlangen Jerman, ketika Paul menjalani studi subspesialisasi bedah TKV.
“Metode ini merupakan rekonstruksi dinding toraks yang dikembangkan sejak 1986 dengan beberapa kelebihan khusus, yakni biaya yang tidak mahal, alat operasi yang mudah didapat dan sederhana, dan dapat dilakukan di negara berkembang dengan fasilitas atau alat operasi yang terbatas dan minimal,” ungkap Prof Paul.
Pada metode ini, salah satu contoh kasusnya ketika ada tumor pada toraks sehingga tulang rusuk harus dipotong lima hingga enam ruas. Prof Paul memanfaatkan kawat sebagai pengikat, yang dikaitkan sedemikian rupa hingga terhubung dan membentuk jaring laba-laba, lalu ditutup dengan mobilisasi otot dari dinding toraks salah satunya muscle latissimus dorsi.
Bawakan 10 Lagu, Musisi Jazz Asal Belanda Sukses ‘Sihir’ UKWMS
Namun, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi, salah satunya tumor jinak maupun ganas belum menjalar ke organ lainnya dan dibutuhkan beberapa pemeriksaan awal.
Hampir setengah abad menjalani profesinya, Prof Paul yang gemar berbagi ilmu dan pengabdian untuk masyarakat menyadari tantangan profesi dokter kedepannya.
“Perkembangan teknologi robotika hingga kecerdasan buatan akan menjadi tantangan tersendiri, sekarang semakin banyak operasi menggunakan robot. Maka kita harus siap dan terus memperkaya diri dengan ilmu yang terus berkembang,” pungkasnya. [ipl/ted]
Komentar