Lamongan (beritajatim.com) – Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan tidak hanya membekali para santrinya dengan pendidikan keagamaan saja, namun juga terus mengembangkan jiwa kemandirian ekonomi para santrinya.
Diketahui, Pondok Pesantren Sunan Drajat yang dipimpin KH. Abdul Ghofur itu saat ini memiliki sejumlah unit usaha sebagai tempat praktik langsung bagi para santri.
Di balik semua itu, terdapat sosok tangguh yang membangun kemandirian Ponpes Sunan Drajat Paciran. Dia adalah Hj Biyati Ahwarumi, putri dari Kiai Ghofur.
Wanita yang akrab disapa Ning Bety ini terus menggaungkan semangat juang dan sikap optimisme terhadap kejayaan ekonomi Islam yang Rahmatan Lil ‘Alamiin. Dia adalah Hj. Biyati Ahwarumi atau yang akrab disapa Ning Bety.
Kuatnya semangat dan keyakinan yang dimiliki oleh Ning Bety ini, didasari atas keinginannya untuk mempermudah akses pendidikan kepada anak bangsa. Menurutnya, melalui lembaga pendidikan yang mandiri dan berdikari, beban biaya yang harus ditanggung oleh siswa pun bisa terpangkas.
Ning Bety selaku Komisaris Perekonomian Ponpes Sunan Drajat itu juga mengungkapkan tentang pentingnya peran santri dalam menggerakkan roda perekonomian bangsa. Dengan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki oleh santri saat menjalankan bisnis di pondok, nantinya mereka bisa mengaplikasikannya saat kembali ke masyarakat.
“Pesantren berdiri sejak abad ke-10. Jadi kalau sekarang sudah sebelas abad atau 1.100 tahun. Ada banyak santri yang menjadi pemimpin dan menjadi penggerak bangsa. Selain itu, santri dari pesantren juga mampu menggerakkan roda perekonomian untuk mewujudkan kemandirian bangsa,” ujar Ning Bety, Sabtu (13/5/2023).
Ning Bety memiliki latar belakang keilmuan di bidang ekonomi Islam. Dia adalah lulusan S1 Managemen Bisnis UIN Malang, S2 Akuntansi Unair, S3 Ilmu Ekonomi Islam Unair.
Dijelaskan Ning Bety, jika para santri ini sejahtera perekonomiannya, maka manfaat yang bisa diberikan santri kepada umat pun akan jauh lebih besar. Dengan demikian, empat hal yang tercantum dalam filosofi Sunan Drajat juga bisa direalisasikan dengan baik.
Baca Juga:
Menelisik Barongsai Hok Shan Santri Ponpes Sunan Drajat Lamongan
Adapun filosofi Sunan Drajat yang terkenal tersebut yakni pertama, menehono teken marang wong kang wuto (berilah ilmu agar orang menjadi pandai). Kedua, menehono mangan marang wong kang luwe (sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin).
Ketiga, menehono busono marang wong kang wudo (ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu). Keempat, menehono ngiyup marang wong kang kudanan (berilah perlindungan orang yang menderita).
“Santri itu tidak boleh putus asa, harus memiliki tekad yang kuat dan punya jiwa kepedulian yang tinggi. Di sisi lain, santri itu harus ulet, memiliki wawasan manajemen luas dan teknik pengolahan dalam pengembangan bisnis yang baik. Sehingga bisa terus memberikan kemanfaatan bagi orang lain, bagi keluarga, desa, dan negara kita,” ujarnya.
Lebih khusus mengenai usaha atau bisnis yang dijalankannya di Ponpes Sunan Drajat yang memiliki 12 ribu santri, Ning Bety menuturkan bahwa banyak hal yang harus diraih melalui proses panjang yang melelahkan dan tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.
Ning Bety yang memimpin beberapa unit usaha pesantren mengaku bahwa bisnis itu tetap harus dilalui dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Hal itu seperti yang ia teladani dari sosok Abahnya, KH. Abdul Ghofur, yang tidak hanya mampu berperan sebagai guru dan ulama saja, namun juga sebagai pengusaha.
“Salah satu upaya yang kami jalankan untuk mewujudkan kemandirian pesantren itu adalah Inkubator Bisnis Pesantren, yang bekerjasama dengan BI, pada 12 Oktober 2016 silam. Dari situ, Ponpes Sunan Drajat yang memiliki lahan seluas 140 ha mengalami kemajuan yang pesat dengan beragam inovasi,” terangnya.
Baca Juga:
Resmikan Restoran Sunan Drajat Lamongan, Menkop UMKM RI: Role Model Pengembangan Ekonomi Pesantren
Beberapa unit usaha yang dimiliki Ponpes Sunan Drajat, Ning Beti menyebutkan, di antaranya BMT Sunan Drajat, Sunan Drajat Mart, Sunan Drajat Celluler, Restoran Sunan Drajat, PT SDL, CV Aidrat, UD Garam, Toserba, perkebunan, siaran radio dan TV Persada, food court, fotocopy, laundry, konveksi, restoran, pengolahan limbah, peternakan, pabrik sandal dan sebagainya.
“Inkubator bisnis itulah yang berfungsi sebagai lembaga pengendalian atau pemantauan dari semua unit bisnis di bawah naungan Ponpes Sunan Drajat. Jadi semuanya bisa terintegrasi dengan baik dan bisa memberikan kontribusi yang signifikan,” bebernya.
Hingga saat ini, Ning Bety terus mengajak kepada para santri, khususnya kaum perempuan untuk meningkatkan kemampuannnya dalam enterpreneur melalui berbagai pelatihan dan seminar. Pihaknya optimis, santri mampu menjadi pelaku usaha yang profesional.
“Santri memiliki potensi yang luar biasa. Santri terbiasa ditempa oleh ilmu agama, sehingga kami yakin santri juga punya dedikasi yang tinggi dan moral yang baik dalam menjalankan roda perekonomian umat,” tuturnya.
Seperti informasi, lewat peran dan tangan dingin Ning Bety, Pondok Pesanten Sunan Drajat Paciran Lamongan dinobatkan sebagai Champion of the Champion Pesantren Unggulan dalam ajang Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) Award 2022, di Jakarta, pada 2022 silam.
Penghargaan ISEF 2022 tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi kepada penggiat ekonomi dan keuangan syariah yang berprestasi. Penghargaan ini hasil penjurian dari ajang Pesantren Unggulan yang dilakukan pada sebelumnya, yakni Festival Ekonomi Syariah (FESyar) 2022, di 3 wilayah meliputi Kawasan Timur Indonesia (KTI), Sumatera dan Jawa
Tak cukup itu, Menteri Koperasi dan UMKM RI, Teten Masduki bahkan juga mengungkapkan bahwa Ponpes Sunan Drajat mampu menjadi Role Model Pengembangan Pesantren di Indonesia. Pasalnya, Ponpes Sunan Drajat dinilai tidak hanya melakukan kegiatan ekonomi, melainkan juga mampu membangun solidaritas sosial dan pemberdayaan bagi santri serta masyarakat melalui berbagai aktivitas bisnis yang dijalankannya. [riq/beq]
Komentar