Pendidikan & Kesehatan

Mahasiswi Untag Surabaya Rancang Bioreaktor Pupuk Cair

Untag
Nawang Sonia saat mempresentasikan hasil inovasinya.

Surabaya (beritajatim.com) – Mahasiswi Untag Surabaya, Nawang Sonia, merancang bioreaktor pupuk cair untuk meningkatkan efisiensi pembuatan pupuk. Mahalnya harga pupuk menjadi dorongan terciptanya inovasi ini.

Nawang menyebut, kekhawatiran petani akan harga pupuk kimia maupun organik yang kian mahal akibat dicabutnya subsidi oleh pemerintah dan tingginya kebutuhan pupuk melatarbelakangi rancangan ini.

“Kekhawatiran petani terkait harga pupuk baik kimia maupun organik, dan tingginya kebutuhan akan pupuk menjadi latar belakang terciptanya rancangan ini,” ungkap Nawang, ditulis Selasa (12/9/2023).

Ia menjelaskan, inovasinya ini untuk meminimalisir risiko kegagalan fermentasi yang meliputi sejumlah faktor, di antaranya suhu yang tidak sesuai, perkembangan mikroorganisme yang tidak terkendali.

Faktor lainnya, lanjut mahasiswi Prodi Teknik Industri Untag Surabaya tersebut yakni ketidakmampuan bakteri pengurai selama tahap dekomposisi, hingga masalah kebersihan wadah atau tempat fermentasi.

BACA JUGA:
Untag Surabaya Harap Lulusan Punya Konsep Berkelanjutan Sambut Indonesia Emas 2045

Inovasi alat bioreaktor anaerob ini dirancang dengan mengembangkan desain fitur tambahan, seperti elemen pemanas, mekanisme pengaduk, sistem pengatur suhu otomatis, serta pemasangan katup untuk mengurangi tekanan.

“Banyak dilakukan uji coba, alat bioreaktor anaerob ini terbukti mampu menunjukkan kemampuan mempercepat proses fermentasi yang semula berlangsung dari 14 sampai 21 hari menjadi hanya lima hari dengan memanfaatkan proses panas dalam tabung sebesar 32 sampai 40 derajat celsius. Dan melakukan putaran pada bahan nutrisi cair dalam tabung Anaerob,” bebernya.

Sementara itu, Kaprodi Teknik Industri Hery Murnawan mengatakan, alat bioreaktor ini telah diuji coba langsung oleh para petani di Desa Papungan, Kanigoro, Blitar, Jawa Timur dalam kegiatan ‘Matching Fund’ yang didanai langsung oleh Kemendikbudristek.

“Petani di Desa Papungan juga mendapatkan keuntungan setelah menggunakan bioreaktor, dengan meningkatnya produksi tanaman padi dan berkurangnya hama secara signifikan,” ungkap Hery.

BACA JUGA:
Mahasiswa Untag Surabaya Diharap Jadi Penggerak Lingkungan

Tidak hanya pada tanaman padi, kata Hery, tanaman cabe pun juga menunjukkan hasil positif dengan meningkatkan hasil panen yang semula 11 kali petik, menjadi 13 sampai 15 kali petik dan secara keseluruhan petani mendapatkan profit 20 sampai 25 persen.

Ia menambahkan, inovasi ini merupakan kabar gembira bagi petani di tengah mahalnya harga pupuk. “Diharapkan rancangan ini dapat membantu petani untuk melakukan kegiatan demi terjaganya ketahanan pangan jika alat ini sudah dipatenkan dan siap untuk didistribusikan kepada para petani,” tandasnya.

Diketahui, inovasi rancangan bioreaktor anaerob pupuk cair ini sekaligus mengantarkan Nawang lulus proram sarjana di Prodi Teknik Industri Untag Surabaya. Ia juga telah diwisuda pada 3 September 2023 lalu. [ipl/beq]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks



Apa Reaksi Anda?

Komentar