Mojokerto (beritajatim.com) – Opak gambir yang sebagian daerah menyebutnya opak jepit atau semprong merupakan salah satu dari ribuan jenis jajanan tradisional khas Indonesia. Salah satu pembuat opak jepit di Kabupaten Mojokerto yang masih bertahan hingga sekarang adalah Urifa (46).
Ia merupakan warga Dusun Sumbersari, Desa Sumber Girang, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. Usaha yang digeluti sejak tahun 2019 lalu ini, berawal untuk membantu ekonomi keluarga. Ini lantaran pendapatan suaminya sebagai sopir dirasa kurang.
Karena keduanya memiliki tiga orang anak yang masih menempuh pendidikan yang membutuhkan biaya. Urifa kemudian belajar membuat opak jepit ke keponakannya. Ia kemudian dibantu suaminya dalam pemasaran ke sejumlah pasar tradisional yang ada di Mojokerto.
Opak Jepit terbuat dari tepung yang dipanggang hingga berbentuk pipih, ada yang digulung dan aja juga yang dibiarkan pipih begitu saja. Namun di tangan perempuan berhijab ini, opak jepit diberi pewarna makanan warna-warni dan digulung hingga berbentuk segitiga.
Baca Juga: 40 Persen Belanja APBD untuk Produk UMKM, Wali Kota Mojokerto: Angin Segar Bagi Pelaku UMKM
Opak jepit milik Urifa banyak yang menyukainya, karena memiliki citarasa yang gurih dan renyah sehingga menjadi pembeda dengan opak gambir lainnya. Dibantu 11 karyawan bagian cetak dan empat karyawan bagian pengemasan, kini omzet per bulan mencapai Rp15 juta.
“Ide sendiri. Pingin bantu suami karena ekonomi tidak baik, penghasilan sebagai sopir pengiriman barang tidak mencukupi karena saat itu, harus menyekolahkan 3 orang anak. Akhirnya, tahun 2019 belajar membuat opak jepit ke keponakan dan mulai usaha sendiri,” ungkapnya, Rabu (28/6/2023).
Usaha pembuatan opak jepit tersebut didukung suaminya. Berhenti sebagai sopir yang digeluti selama delapan tahun, sang suami pun membantunya dalam memasarkan opak jepit. Opak jepit aneka warna tersebut dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional yang ada di Mojokerto.
“Iya suami berhenti kerja dan bantu untuk pemasaran. Anak sekarang yang anak pertama sudah menikah dan tinggal di Surabaya, anak kedua juga sudah bersuami dan menjadi guru di Kalimantan. Tinggal yang kecil, masih sekolah SMA kelas 3. Alhamdulillah,” katanya.
Baca Juga: Pelatihan Digital Marketing Bagi UMKM, Wali Kota Berharap Pontensi SDM Jadi Kekuatan Kota Mojokerto
Ia pun mengajak tetangga sekitar rumah dan desanya untuk membantunya mengembangkan usahanya. Saat ini, ia memiliki 15 orang karyawan dan dalam sehari ia menghabiskan bahan baku tepung sebanyak 15 kg untuk memenuhi permintaan opak jepit di Mojokerto.
“Pemasaran masih di Mojokerto karena masih offline, saya tidak bisa main HP jadi pemasaran masih offline. Sehari, tepung habis 15 kg, belum bahan lainnya total 30 kg per hari. Harga per bungkus Rp5 ribu, itu biasanya untuk hajatan. Bisa tanpa stiker atau stikernya sesuai request pemesan,” ujarnya.
Urifa memberikan gratis ongkir jika pesanan 200 biji, namun jika pesanan dibawah 100 biji pemesan diminta untuk mengambil ke rumah. Meski omzet per bulan mencapai Rp15 juta, namun Urifa mengaku ingin mengembangkan usaha tapi masih terkendala modal. [tin/ted]
Komentar