Jember (beritajatim.com) – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menilai, masalah kesehatan terkait dengan pendidikan dan kesejahteraan. Ibarat lingkaran tak bertepi atau vicious circle.
“Mereka yang lemah kesehatannya biasanya lemah pendidikannya, lemah kesejahteraanya. Orang miskin itu kesehatannya problem. Pendidikannya problem. Kemakmurannya juga problem,” kata Haedar, dalam peresmian Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (11/3/2023
Menurut Haedar, orang miskin tidak akan pernah bisa berdaya, kecuali ada sistem kepemimpinan dan pihak lain yang memberdayakan secara tulus. “Bukan memberdayakan untuk memperdaya. Ada yang memberdayakan seketika tapi untuk memperdaya di kemudian hari, kayak penjajah,” katanya.
Baca Juga:
Muhammadiyah: Indonesia Butuh Persatuan Dewasa
Haedar Nashir Nilai Isu Radikalisme dan Intoleransi Begitu Seksi
Haedar mengingatkan ketertinggalan bangsa Indonesia saat ini. “Human Development Index Indonesia 6 atau 7 di ASEAN. Daya saing kita juga nomor 6 atau 7 di ASEAN. Yang tertinggi Singapura, Thailand, Malaysia. Bahkan dirilis, bahwa tingkat kecerdasan orang Indonesia di posisi 133. Sebelas dua belas dengan Timor Leste dan Papua Nugini,” katanya.
“Kami biar pun punya lembaga sekolah, insya Allah tidak akan besar bicara. Membubung-bubung tinggi pandangan keislaman, tapi mayoritas masyarakat kita ini masih seperti itu. Kekuatan-kekuatan Islam harus terpanggil terus berbuat nyata. Maka dulu etos Muhammadiyah: sedikit bicara, banyak bekerja,” kata Haedar.
Baca Juga:
Rumah Sakit dan Universitas Muhammadiyah Pranata Satukan Bangsa
“Tugas kita berat. Termasuk kekuatan-kekuatan Islam. Berat. Ini muslim terbesar di dunia. Bagaimana kita jadikan Islam sebagai agama yang membawa kemajuan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta,” kata Haedar. [wir/but]
Komentar