Ponorogo (beritajatim.com) – Beberapa penonton melakukan standing ovation atau tepuk tangan dengan meriah usai Manggolo Mudho selesai mementaskan pertunjukan reog di panggung utama Alun-alun Ponorogo pada Minggu (16/7) malam. Ya, grup reog dari Paguyuban Warga Ponorogo (Pawargo) Yogyakarta itu tampil dengan garapan yang lebih fresh saat mengikuti Festival Nasional Reog Ponorogo yang ke-28.
Ribuan penonton yang memadati Alun-alun Ponorogo itupun terpukau dengan tarian yang berlangsung kurang dari 30 menit tersebut.
“Alhamdulillah dapat sambutan positif dari penonton,” kata salah satu anggota grup reog Manggolo Mudho Pawargo Yogyakarta, Galuh Febri, ditulis Senin (17/07/2023).
Menurut pengamatan wartawan beritajatim.com, grup reog Manggolo Mudho menjadi penampil kedua, setelah grup reog dari SMAN 2 Ponorogo, Krida Taruna. Dengan undian tampil nomor 14 yang dibacakan oleh master of ceremony (MC), tiupan terompet memulai pementasan kesenian reog dari Manggolo Mudho Pawargo Yogyakarta.
Seluruh penari jathil, warok, bujang ganong, klonosewandono dan penari dadak merak pun mulai melakukan gerakan sesuai dengan tugasnya. Liak-liuk gerakan puluhan penari itu terlihat ranjak dan bersinergi dengan musik pengiringnya. Sorakan bernada dan berirama dari wiro suoro pun menambah semangat gerakan dari penari dari grup reog Manggolo Mudho tersebut.
Gerakan-gerakan dari jathilan dan bujang ganong yang bisa dibilang lebih kekinian itu sangat enak ditonton, ditambah dengan alunan musik tradisional yang terdengar lebih easy listening. Namun, meskipun ada variasi gerakan kekinian, seniman dari Yogyakarta tetap tidak keluar pakem dari pementasan reog.
“Untuk garapan lebih fresh, beda dari tahun-tahun sebelumnya, ya dari gerak tari maupun musiknya. Kita optimis,” kata Galuh yang gabung dengan grup reog Manggolo Mudho pada tahun 2018 itu.
Untuk menyiapkan pementasan reog di Festival Nasional Reog Ponorogo tahun ini, setidaknya Manggolo Mudho melakukan latihan selama 2 bulan. Latihan-latihan yang dilakukan di Yogyakarta sempat berpindah-pindah tempat. Seperti berlatih di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ataupun di Pendopo Condong Catur.
“Kalau di Ponorogo latihannya ya kurang dari seminggu. Kalau gladi bersihnya di waktu Minggu siang,” katanya.
Grup reog Manggolo Mudho Pawargo Yogyakarta terbuka untuk urusan anggota. Grup ini, tidak dikhususkan untuk warga Ponorogo saja. Tetapi juga terbuka terhadap para mahasiswa atau masyarakat yang ingin melestarikan kesenian yang terbilang unik ini.
“Kita terbuka bagi mahasiswa-mahasiswa di sana yang ingin tertarik kepada grup reog Manggolo Mudho, bisa ikut,” pungkasnya.
BACA JUGA:
Strategi-strategi Kaderisasi Seniman Reog di Ponorogo
Sementara itu, Dinar Putra salah satu penonton berkomentar bagus atas penampilan grup reog Manggolo Yudho dari Pawargo Yogyakarta. Dia menilai tariannya kompak dan energik. Selain itu musik pengiringnya pun juga enak didengar.
“Penampilan peserta Festival Nasional Reog Ponorogo pada tadi malam bagus-bagus. Saya bertepuk tangan dengan meriah untuk Manggolo Mudho,” katanya. [end/but]
Komentar