Peristiwa

Yogyakarta Klaim Pengelolaan Sampah Tunjukkan Hasil Positif

sampah
Gundukan sampah yang bertebaran di beberapa ruas jalan Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu. (Foto: Rahajeng Kartika/beritajatim.com)

Yogyakarta (beritajatim.com) – Permasalahan sampah masih menjadi masalah serius di DIY termasuk Kota Yogyakarta. Hal ini terjadi karena masih saja terlihat tumpukan sampah bertebaran di beberapa ruas jalan dan setiap sudut kota.

Meskipun demikian dari Kota Yogyakarta mengklaim bahwa penanganan dan pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta utamanya dari rumah tangga sudah menunjukkan hasil positif.

“Pengelolaan sampah di Kota Yogya utamanya dari kalangan rumah tangga menunjukkan hasil yang positif dimana setiap warga sudah sadar untuk melakukan pemilahan sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Piyungan,” ujar Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo, Jumat (22/9/2023).

Pihaknya menargetkan upaya penurunan jumlah volume sampah yang dibuang ke TPST Piyungan sebesar 50 persen secara lambat laun.

Sebelumnya volume sampah di Yoyakarta mencapai 100-130 ton per hari. Sekarang volume sampah berkurang menjadi 60 ton per hari.

Volume sampah, imbuh Singgih sudah berkurang sekitar 100 ton dengan adanya Gerakan Zero Sampah Anorganik. Sebelumnya pada tahun 2022 volume sampah mencapai sekitar 300 ton per hari.

BACA JUGA:
Yogyakarta Darurat Sampah, PHRI Beri Sanksi Hotel yang Tak Punya Pengelolaan Sampah

Menurut Singgih penurunan itu karena adanya Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo) yang terus digalakkan pemerintah setempat bersama masyarakat. Selain itu konsistensi pemerintah membuka 14 depo dan 3 TPS sebagai tempat pembuangan sampah residu masyarakat turut mendukung penurunan volume sampah.

“Ini konsisten kita buka, pukul 06.00 WIB sampai pukul 12:00 WIB. Dan ada pula yang buka di luar periode itu,” bebernya lagi.

Untuk gerakan Mbah Dirjo, kata Singgih, telah menghasilkan sekitar 30.000 biopori yang dibuat masyarakat bersama Pemkot Yogyakarta. Ditargetkan gerakan Mbah Dirjo bisa berkontribusi mengurangi sampah berkisar 20-30 persen dari total volume sampah yang dihasilkan Kota Yogyakarta yaitu sekitar 200 ton per hari.

Singgih menambahkan, tidak menutup kemungkinan akan menyiapkan beberapa skema seperti membuat TPS berskala kecil dalam menangani sampah. Hal itu bisa saja terjadi apabila penanganan sampah di hulu sudah terkondisi dengan baik, penanganan sampah di hilir termasuk kerjasama dengan swasta sudah berjalan, namun masih ada sisa sampah yang belum terkelola dengan baik.

BACA JUGA:
Kota Yogyakarta Gunakan Teknologi Korea Kelola Sampah

“Misal kalau kita bicara rusunawa, bisa juga mengelola sampah secara mandiri baik organik maupun anorganik. Karena teknologinya sederhana, utamanya yang organik. Pola-pola penanganan sampah organik lebih sederhana kalau dari asalnya sudah dipilah,” urainya.

Lebih lanjut, pihaknya berencana mengembangkan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) di selatan TPS 3R di Nitikan. Selain itu juga akan mengoptimalkan pengelolaan sampah mandiri yang sudah dilakukan masyarakat selama ini seperti TPST Karangmiri di Giwangan, pengelolaan sampah di Rusunawa Bener dengan pengolahan sampah dengan biokonversi maggot di Kandang Maggot Jogja di wilayah Kricak.

“Persiapan kita adalah penanganan sampah Kota secara mandiri. Seperti penanganan di level hulu yaitu edukasi kepada masyarakat, di hilirnya pun kita persiapkan,” pungkasnya. [aje/beq]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks



Apa Reaksi Anda?

Komentar