Mojokerto (beritajatim.com) – Keluhan para petani soal mahal dan sulitnya mendapatkan pupuk kimia menggugah hati seorang Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Kabupaten Mojokerto. Dialah Briptu Mustofa Wahyu Hadi, Bhabinkamtibmas Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi.
Anggota Polsek Kemlagi, Polresta Mojokerto ini berinovasi dengan membuat pupuk Pendamping Photosynthesis Bacteria (PSB). Hasilnya, Briptu Mustofa berhasil meningkatkan hasil panen petani sekaligus menekan angka produksi tanam para petani yang ada di wilayah kerjanya yakni di Desa Mojokumpul.
Menjadi Bhabinkamtibmas tak sekadar bertanggung jawab menjaga stabilitas keamanan desa dari gangguan kejahatan. Bermacam permasalahan juga menuntut polisi desa mampu mencari solusi agar tercipta ketenteraman dan kenyaman, termasuk di bidang pertanian.
Sejak ditugaskan di Desa Mojokumpul, Kecamatan Kemlagi pada tahun 2021 lalu, polisi 28 tahun ini selalu mendengar keluhan para petani terkait mahal dan langkanya pupuk non subsidi. Ini karena imbas Permentan RI Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi 2022 lalu.
“Saat itu, harga pupuk sangat mahal. Untuk 60 kg pupuk jenis urea atau ZA harganya di kisaran Rp850 ribu per sak. Belum lagi soal pembatasan jenis pupuk subsidi. Dari yang sebelumnya lima jenis yakni ZA, urea, NPK, SP-36, dan pupuk organik petroganik, menjadi hanya dua jenis, yaitu urea dan NPK saja,” ungkapnya, Jumat (22/9/2023).
Keluhan tersebut yang membuat pria asal Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto ini tergerak mencari solusi. Tepatnya di bulan November 2022, dengan bekal pengalaman orang tuanya yang juga seoramg petani dan hasil belajar otodidak dari internet dan penyuluh pertanian.
“Keahlian bertani ketika dulu kecil ikut membantu orang tua bertani di sawah. Dan juga memang suka mencari literasi pertanian di buku atau online dan juga pengamatan langsung ke petugas PPL (penyuluh pertanian lapangan). Saya lantas berinovasi membuat pupuk organik yang bisa menggantikan pupuk kimia,” katanya.
Dengan lahan yang dipakai percobaan seluas 1.270 dan 1.100 meter persegi. Untuk pembuatan pupuk, Mustofa mengaku tak butuh banyak ongkos yang dikeluarkan. Cukup berupa air sumur, telur ayam tiga butir, dan tiga sendok makan penyedap rasa yang dicampurkan ke dalam botol atau galon air mineral kosong lalu tutup dan diberi lubang kecil sebagai sirkulasi udara.
Galon tersebut kemudian didiamkan di tempat terbuka di bawah terik matahari hingga 30 hari dan ditunggu sampai berwarna merah maron, ungu, atau hijau. Untuk mempercepat inkubasi, Mustofa mencampurkan dengan indukan PSB. Setelah jadi, pupuk pendamping tersebut kemudian disemprotkan pertama kali pada tanaman padi, jagung, atau ubi yang masih berumur 10 hari setelah tanam.
“Takarannya, per tabung sprayer ukuran 16 liter air dicampurkan PSB sebanyak 3 gelas air ukuran 250 ml. Cara penyemprotannya dengan cara ditujukan ke permukaan tanaman yang mengenai daun pada ketinggian 30 cm. Pada pemupukan kedua bisa menggunakan pupuk kimia namun dikurangi 50 sampai 60 dari takaran sebelumnya. Dan saling silang pada pemupukan berikutnya,” ujarnya.
Baca Juga: Belasan PSK Terjaring Razia Satpol PP Kabupaten Mojokerto
Hasilnya, tanaman padi milik Tresno Marem menunjukkan peningkatan kualitas. Batangnya kuat dan tahan terhadap serangga serta akar tanaman bercabang dengan baik sehingga menghasilkan serat yang baik. Selain hasil tanam menunjukkan peningkatan, biaya yang dikeluarkan juga tidak mahal.
Dengan luas sawah 1.000 meter2, membutuhkan Rp8,5 juta saja. Jika menggantungkan pupuk kimia perlu biaya hingga Rp16 juta. Saat ini sudah ada 40 petani dari dua Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) yang sudah mempraktekkan inovasinya. Ia akan terus menularkan dan memberikan inovasinya ke seluruh petani tanpa biaya alias gratis.
“Ya penurunan ongkos pupuk PSB ini bisa turun sampai separo dari yang menggunakan full kimia. Harapannya semua petani tak lagi ada yang mengeluh soal pupuk. Masih terus kami kembangkan, khususnya penyemprotannya yang masih menyulitkan sehingga keluhan biaya tanam mahal dan pupuk langka tak lagi terdengar,” pungkasnya.[tin/ted]
Komentar