Blitar (beritajatim.com) – Sejak awal tahun hingga bulan Mei 2023, total ada 101 warga Kabupaten Blitar terserang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Ratusan warga yang terserang penyakit DBD ini tersebar di berbagai wilayah di Kabupaten Blitar.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Blitar Anggit Ditya Putranto, menyebut bahwa banyaknya warga yang terserang DBD ini sebagai imbas perubahan iklim.
Terlebih selama bulan Maret dan April merupakan musim pancaroba yang biasa menjadi waktu yang tepat untuk berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti.
“Yang jelas ini kan masih musim pancaroba ya terus perubahan iklim curah hujan juga masih ada jadi menjadi faktor banyaknya kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Blitar,” kata Anggit, Sabtu (10/06/23).
Baca Juga: Aksi Tanam Pohon, Bupati Mojokerto: Sama Dengan Amal Jariyah
Melihat data Dinkes Kabupaten Blitar pada bulan Januari terdapat 35 warga yang terserang penyakit DBD, dengan jumlah kematian 0. Kasus DBD di Kabupaten Blitar itu turun pada bulan Februari dengan jumlah orang yang terserang sebanyak 24.
Kasus DBD kemudian meningkat pada bulan berikutnya mencapai 39 orang. Meski mengalami lonjakan kasus namun tetap tidak ada korban jiwa dalam kasus DBD ini.
Sementara pada bulan Mei 2023 kasus DBD Kabupaten Blitar turun hingga 4 orang saja. Dari 4 orang DBD itu tidak ada satupun korban jiwa.
BACA JUGA: Timnas Indonesia Vs Palestina, Sandy Walsh Dipastikan Absen Akibat Cedera
Mayoritas warga yang terserang penyakit itupun masih berusia anak anak yakni dibawah 17 tahun.
“Dari ratusan itu mayoritas masih berusia dibawah 17 tahun,” imbuhnya.
Selajn faktor cuaca dan iklim, penyebab meningkatnya angka demam berdarah di Kabupaten Blitar ini juga imbas dari masih rendahnya angka bebas jentik. Diketahui angka bebas jentik di Kabupaten Blitar masih kurang dari 95 persen.
Hal itulah yang disinyalir menjadi penyebab angka demam berdarah di Kabupaten Blitar melesat.
BACA JUGA: Fraksi PKB Sidoarjo Bantu 30 Kendaraan Pengangkut Sampah ke Desa Pemilik TPST
“Angka bebas jentik masih kurnag dari 95 persen, jadi angka DBD mau tidak mau juga meningkat,” jelasnya.
Selain itu masih kurangnya kepedulian masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan juga mendorong banyaknya kasus DBD yang terjadi. Selama ini masyarakat banyak yang mengabaikan untuk manguras dan membersihkan sejumlah tempat yang biasa menjadi sarang nyamuk.
Sehingga nyamuk Aedes Aegypti bebas berkembang biak. Imbasnya angka DBD di Kabupaten Blitar meningkat.
“Faktor utama yakni masyarakat yang peduli dengan lingkungan sekitarnya,” tandasnya. (Owi/ian)
Komentar