Lamongan (beritajatim.com) – Mungkin tak banyak yang tahu jika proses pewarnaan batik bisa dilakukan dengan pewarnaan alami dari dedaunan. Hal itu seperti yang dilakukan oleh para pelajar di SMP Negeri 1 Deket, Lamongan.
Hartiwi, salah satu guru di SMPN 1 Deket berkata, bahan baku warna yang dipakai dalam membatik ecoprint ini berasal dari daun jati alami. Selain bisa meningkatkan kemampuan dan bakat, imbuh Hartiwi, membatik dengan daun jati juga mengajak para pelajar untuk lebih ramah lingkungan.
“Kami ingin mengajak para siswa untuk belajar agar lebih cinta terhadap lingkungannya sambil menumbuhkembangkan bakat mereka,” kata Hartiwi di sela-sela proses membatik ecoprint bersama para pelajar, ditulis Minggu (19/3/2023).
Hartiwi menjelaskan, bahan baku daun jati ini mudah dicari dan didapatkan. Pasalnya, di sekitar lokasi sekolah tersebut banyak tumbuh pohon jati. Ia juga menyebut, batik ecoprint adalah salah satu wujud dari pemanfaatan potensi alam yang berada di lingkungan sekitar. “Melalui batik ecoprint ini, para siswa diajarkan agar kelak mereka mempunyai kemampuan dan kecakapan hidup atau life skills,” tandasnya.
Mengenai teknis pembuatan batik ecoprint daun jati ini, tutur Hartiwi, dimulai dengan cara mengumpulkan daun jati yang dipetik oleh para siswa dari pohon jati di belakang gedung sekolah mereka. “Para siswa kita bagi secara berkelompok terlebih dahulu. Mereka lalu memilah daun jati yang cocok untuk digunakan membatik dari pohon yang ada di belakang gedung sekolah,” jelasnya.
Selanjutnya, daun jati itu dibersihkan dan dipadupadankan di kain yang akan dijadikan batik. Sedangkan untuk motif, dibuat terlebih dahulu di kain oleh para siswa untuk kemudian ditempeli daun-daun jati yang telah disiapkan.
Setelah daun ditempelkan, lalu kain ditutup kembali dengan kain bahan batik yang seukuran dengan kain pertama. “Setelah itu, di atas kain tadi kita beri plastik sehingga kain dan daun jati tidak mudah goyah saat dipukul dengan palu,” terangnya.
Mengapa dipukul dengan palu? agar warna dan motif yang ada di daun jati bisa timbul di kain. Proses selanjutnya adalah menggulung kain yang masih tertempel daun jati tersebut untuk kemudian ditali dari ujung.
“Kain kemudian dikukus untuk memunculkan warna. Agar tercapai kepekatan warna proses ini bisa dilakukan selama dua jam. Kalau proses pengukusan selesai kain kemudian diangin-anginkan agar menjadi sempurna dan selesai sudah membuat batik ecoprint berbahan daun jati ini,” tambahnya.
Lebih jauh, Hartiwi mengaku, batik ecoprint hasil buatan siswa itu bakal dijadikan taplak meja untuk sekolahnya. Para siswa tampak antusias karena bisa membuat batik dengan tangannya sendiri secara langsung.
Hal itu seperti yang dirasakan oleh Najwatul Mufidah, salah seorang siswi yang ikut membatik. Najwa mengaku senang, pasalnya pembuatan batik itu ternyata sangat mudah dan tak seperti yang ia bayangkan sebelumnya. “Praktek dan teknik pembuatan batik ecoprint cukup mudah dan kami merasa tidak ada kesulitan dalam pembuatannya karena para guru memberi bimbingan. Alhamdulillah hasilnya juga bagus,” akunya.[riq/kun]
Komentar