Sumenep (beritajatim.com) – Sumenep pada bulan September 2023 mengalami inflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,72 persen. Angka inflasi tersebut melampaui angka inflasi Jawa Timur dan Nasional. Angka inflasi Jawa Timur 0,32 dan angka inflasi Nasional 0,19 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep, Ribut Hadi Candra menjelaskan, dari 8 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jawa Timur, inflasi m-to-m tertinggi terjadi di Sumenep yakni sebesar 0,72 persen, dan terendah di Banyuwangi sebesar 0,05 persen.
“Bisa dikatakan, di Sumenep ini terjadi kenaikan harga tertinggi dibanding 7 kota IHK lainnya di Jawa Timur. Selama periode Januari – September 2023, kenaikan harganya mencapai 18,19 persen,” terangnya, Selasa (03/10/2023).
Ia menjelaskan, komoditas yang memberikan andil terbesar dalam inflasi Sumenep bulan September adalah beras, sebesar 0,74 persen, kemudian ikan teri sebear 0,05 persen, emas perhiasan 0,04 persen, bensin dan tongkol diawetkan 0,03 persen, jeruk, udang basah, dan ikan bawal sebesar 0,02 persen.
“Tetapi ada juga yang memberikan sumbangan deflasi, yakni telur ayam ras dan cabai rawit sebesar 0,09 persen, ketimun 0,04 persen, bayam 0,03 persen, kemudian bawang merah, bawang putih, kangkung, cabai merah, dan daging ayam ras 0,02 persen,” paparnya.
Sedangkan untuk angka inflasi ‘year on year’ (y-o-y), Sumenep juga tertinggi se-Jawa Timur, yakni 4,47 persen. Kota IHK dengan angka inflasi y-o-y terendah di Jawa Timur adalah Madiun sebesar 2,16 persen.
“Inflasi ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Diantaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 7,90 persen, kemudian kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 7,02 persen, kelompok pakaian dan alas kaki 4,71 persen,” ujarnya. (tem/ted)
Komentar