Bojonegoro (beritajatim.com) – Debit air Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro masuk siaga merah atau siaga tiga sejak dini hari tadi. Akibatnya luapan sungai terpanjang di Pulau Jawa itu menggenangi rumah warga, jalan, serta areal persawahan.
Selain itu, juga menyebabkan tanggul sungai Ingas di Desa Pucangarum, Kecamatan Baureno jebol. Tanggul yang terbuat dari tanah itu diperkirakan jebol pada Sabtu, (18/2/2023) sekitar pukul 05:00 WIB. Tanggul selebar tiga meter itu putus sepanjang kurang lebih tujuh meter.
“Titik tanggul yang jebol sebelumnya memang sudah longsor. Diperkirakan Sabtu pagi jebolnya,” ujar Edi salah satu petugas BBWS ditemui di lokasi.
Dampak jebolnya tanggul sungai Ingas itu menyebabkan ratusan hektar tanaman padi yang memasuki masa panen terendam. Air mengalir deras masuk ke areal persawahan di Desa Pomahan, Karangdayu, Kadungrejo, serta Pucangarum.
“Seharusnya seminggu lagi baru siap dipanen, tetapi karena sedang banjir kita lakukan panen paksa agar tidak rusak padinya,” ujar Fatkhur petani asal Desa Pucangarum.

Selain dampak dari jebolnya tanggul Kali Ingas itu, sedikitnya ada 7 desa di Kecamatan Baureno yang lahan pertanian padi tergenang akibat luapan Sungai Bengawan Solo. Para petani terpaksa memanen paksa tanaman padi yang rata-rata baru berusia 85 hari.
Tujuh desa yang tanaman padi tergenang di Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro itu yakni, di Desa Pucangarum 145 hektar (tidak ada tanaman), Desa Karangdayu 100 hektar (sebagian ada tanaman padi siap panen).
Desa Pomahan 50 hektar (sebagian ada tanaman padi siap panen), Desa Kauman 100 hektar (sebagian ada tanaman padi siap panen), Desa Kadungrejo 8 hektar (sebagian ada tanaman padi siap panen), Desa Lebaksari 109 hektar (tanaman padi siap panen tergenang).
Sedangkan, Desa Kalisari ada Jalan Dusun Mojopencol RT 08-10 RW 04 tergenang dengan ketinggian antara 20-50 centimeter dengan fasilitas umum, satu makam dan SDN 1 Kalisari tergenang sekitar 1 meter dibagian halaman. [lus/suf]
Komentar