Malang (beritajatim.com) – Laboratorium Psikologi Terapan Keluarga dan Tumbuh Kembang Anak (LPT-KA) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menegaskan tentang pentingnya pendidikan seks bagi anak. Bentuk edukasi mereka terkait pendidikan seks dikemas dalam kegiatan psikoedukasi.
LPT-KA UMM menggandeng MI Nurul Huda untuk melakukan edukasi terkait seks pada anak yang sudah berlangsung pada Februari 2023 lalu. Ketua dari LPT-KA UMM Diana Savitri Hidayati, M.Psi memandang bahwa psikoedukasi tersebut sebagai upaya untuk menekan angka pelecehan seksual di Indonesia.
“Akhir-akhir ini ramai dengan informasi soal pelecehan seksual. Bahkan, dari data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, selama 2022 tercatat ada 542 perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual. Parahnya, angka kekerasan seksual pada anak sangat tinggi yaitu sebesar 53,8% atau 2.436 anak,” kata Diana pada Senin (6/3/2023).
Dari permasalahan tersebut LPT-KA UMM bergegas untuk beraksi dengan kegiatan psikoedukasi. Diana berharap agar para orang tua bisa lebih perhatian untuk menjaga dan mendampingi anak-anaknya.
“Sejatinya, pendidikan memang harus terintegrasi antara lingkungan, orang tua, dan di sekolahnya. Oleh karena itu, kami akan berupaya membangun kerjasama dengan berbagai sekolah lain. Kemudian menjelaskan pentingnya edukasi seksual untuk anak sejak di sekolah,” pungkasnya.
Senada dengan itu, Siti Maimunah, S.Psi, M.M, M.A dosen psikologi UMM menjelaskan bahwa pendidikan seksual bukan hal yang tabu. Menurut dosen yang dipercaya menjadi pemateri itu, orang tua seringkali melihat bahwa edukasi ini arahnya hanya pada hubungan seksual.
“Padahal tidak begitu, edukasi itu malah memberikan topik yang bermanfaat untuk anak, seperti nilai-nilai harus diterapkan untuk keluarga, penghargaan pada diri sendiri dan menekankan batasan diri pada orang lain. Maksudnya yaitu membatasi area tubuh yang tidak boleh disentuh dan dilihat oleh orang lain,” kata Siti Maimunah.
Edukasi seks, kata Maimunah, juga menekankan pengetahuan yang akan didapat oleh anak terkait edukasi seks. Misalnya tentang identitas gender sesuai fitrah, menjaga kebersihan area genital, dan cara anak tahu tahapan perkembangan psikis maupun fisik saat masa pubertas atau saat sebelum mereka mengalami.
Dia berpesan agar para orang tua menjadi garda terdepan pada proses edukasi seks. Orang tua seharusnya memberi pemahaman sejak dini agar anak terbiasa menjaga area genital yang dimiliki dengan baik.
“Dalam pendidikan itu, harus ada komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak. Semakin sering orang tua mengajak komunikasi, semakin mudah pula anak untuk terbuka dan mengobrolkan banyak hal. Baik yang dialami maupun yang dirasakan,” pungkasnya. [dan/but]
Komentar