Jember (beritajatim.com) – Indonesia tercatat sebagai negara peringkat kedua di dunia setelah Arab Saudi dalam urusan memproduksi sampah sisa makanan. Setiap orang Indonesia rata-rata mubazir membuang sisa makanan ke tempat sampah sekitar 300 kilogram per tahun.
Sampah dalam bentuk sisa makanan dan makanan kedaluwarsa ini paling banyak diproduksi rumah tangga dan menjadi penyumbang timbulan sampah organik terbesar secara nasional. Tri Ratnasari, Ketua Tim Lingkungan Universitas Jember, di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengatakan, timbulan sampah organik secara nasional adalah 38,4 juta ton per tahun. Sekitar 48 persen berasal dari rumah tangga, dan 24 persen dari pasar tradisional.
Jumlah sampah makanan terbuang di Indonesia lebih banyak daripada Amerika Serikat yang memproduksi 277 kilogram. Dampak sampah organik berupa makanan cukup berbahaya. Gas metana yang dihasilkan dari makanan dalam tumpukan sampah 21 kalu lebih berbahaya daripada karbondioksida. Dalam skala besar hal ini akan memicu tingkat polusi dan panas yang tak stabil.
Selain itu, sampah organik yang kurang bagus dikelola akan menimbulkan bau yang tak sedap. Masyarakat di sekitar limbah akan mudah terserang penyakit yang ditularkan dan lalat hijau. “Kalau semakin hari semakin banyak sampahnya, apa yang akan terjadi? Tentunya dampaknya ke beberapa hal, yakni mengurangi kebersihan dan keindahan, mengurangi kenyamanan, menjadi media penularan penyakit, penurunan kualitas lingkungan, dan dampak polutan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun),” kata Ratnasari.
Masyarakat sekitar TPA menjadi pihak yang paling terdampak. “Semakin tinggi gunungan sampahnya, maka akan semakin luas penyebarannya. Maka kita perlu memikirkan kembali pengelolaan sampah yang ideal, sehingga Indonesia menjadi negara yang bebas dari sampah,” kata Ratnasari.
Ratnasari mengatakan, pengelolaan sampah organik harus dimulai dari pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Di Jerman, kesalahan memilah sampah dan membuangnya bisa membuat warga terkena denda. “Jerman adalah negara nomor satu dalam hal pengelolaan sampah terbaik. Indonesia belum masuk sepuluh besar,” katanya.
Pemilahan sampah ini akan mempermudah industri pengelolaan sampah. “Nantinya sistem reduce, reuse, recycle (3R) akan mengurangi secara signifikan jumlah sampah di tempat pembuangan akhir. Sistem 3R ini juga akan membuka lapangan kerja baru.” kata Ratnasari. [wir/suf]
Komentar