Mereka yang menyeberangi lautan dari Madura ke Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, selama bertahun-tahun tentu tahu bagaimana sapi harus memilikui keterampilan serupa ikan.
Tidak adanya dermaga yang memadai di Pelabuhan Kalbut, Kecamatan Mangaran, Situbondo, dan Pelabuhan Dungkek, Kabupaten Sumenep, membuat bongkar-muat sapi dilakukan dengan cara memaksa sapi-sapi itu berenang menuju perahu angkut. Hanya sapi-sapi berukuran kecil yang sebagian diturunkan melalui jembatan dengan bantuan tali.
Berenang jelas bukan pekerjaan mudah. Tak semua sapi cakap berenang. Bagaimana mau mengharapkan sapi yang biasa hidup di padang rumput mendadak sejago ikan? Sebagian sapi ketakutan dan langsung pingsan kelelahan setelah sampai di tujuan. Sebagian lainnya ada yang harus mengalami patah tulang.
Begitu dipastikan memenangi pemilihan kepala daerah Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menemui Gubernur Soekarwo pada masa transisi. Ia meminta agar Pakde mempertimbangkan pengalokasian anggaran pada 2019 untuk membuat dermaga yang layak di Dungkek.
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Jawa Timur 2019 akhirnya menggelontorkan bantuan keuangan Rp 60 miliar untuk pembangunan pelabuhan di Dungkek. “Ini adalah animal welfare, bagaimana memperlakukan hewan dengan lebih baik, dengan tingkat prosperity lebih baik,” kata Khofifah, di Situbondo, Minggu (19/12/2021).
Khofifah juga menemui pejabat Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan untuk membicarakan kemungkinan pengembangan Pelabuhan Jangkar di Situbondo. Rupanya, pejabat di Dirjenhubla memahami bagaimana kondisi dermaga di sini. “Dermaga di sini sudah tersupport oleh breakwater pulau-pulau di depan dan panjangnya bisa sampai 18 meter, serta memungkinan untuk long distance ferry,” kata Khofifah.
Pemprov Jatim pun membangun Movable Bridge II di Jangkar. Dermaga movable bridge ini adalah dermaga dengan jembatan yang dapat bergerak mengikuti pasang surut air laut, sehingga mempermudah kendaraan berpindah tempat dari kapal ke dermaga ataupun sebaliknya.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur Nyono mengatakan, pelabuhan Jangkar ini bisa melayani angkutan ternak dari sejumlah titik di Pulau Madura, yakni dari Pulau Sapudi ke Pulau Ra’as dan Pulau Bawean dengan memenuhi standar kesejahteraan hewan ternak. “Jadi sudah tidak ada lagi hewan yang diceburkan ke laut yang kemudian diangkut dengan kendaraan,” katanya.
Sebenarnya ada dua pelabuhan di Situbondo Selain Jangkar, Pelabuhan Kalbut merupakan pelabuhan rakyat yang menjadi titik keberangkatan dan kedatangan kapal dari dan ke Madura. Namun pelabuhan Jangkar dipilih bukannya tanpa alasan. Saat ini pelabuhan Jangkar melayani tiga kapal, yaitu Kapal Motor Penumpan (KMP) Munggiyango Hulalo yang melayani Rute dari Pelabuhan Jangkar ke Pulau Kangean – Kalianget, KMP Satya Kencana, dan KMP Dharma Kartika melayani dari Pelabuhan Jangkar ke Pulau Sapudi – Kalianget dan Pulau Raas – Kalianget.
Selain itu, movable bridge di Pelabuhan Jangkar tak hanya urusan ternak sapi. Pelabuhan ini sangat strategis untuk akses transportasi yang kapal feri jarak jauh (long distance ferry) yang menghubungkan Jawa Timur dengan kawasan timur Indonesia, yakni ke Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.
Khofifah sempat berkomunikasi dengan pemerintah pusat pada 2019 untuk membicarakan kemungkinan rute perjalanan kapal feri jarak jauh (long distance ferry) dari Situbondo ke pelabuhan Lembar, Nusa Tenggara Barat, dan Kupang, Nusa Tenggara Timur. Namun, izin rute untuk Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, lebih dulu terbit.
Potensi Pelabuhan Jangkar ini rupanya dibidik oleh sejumlah pemgusaha pelayaran. Mereka menemui Bupati Situbondo Karna Suswandi di pendapa dan mengharapkan agar Jangkar bisa dikembangkan untuk pelayaran ke Indonesia bagian timur. Ada beberapa alasan yang disodorkan. “Lama perjalanan Bali ke Lembar membutuhkan waktu 13 jam. Tapi kalau lewat Jangkar, bisa ditempuh waktu 11 jam,” katanya.
Bagi Situbondo, akses ke Indonesia timur akan membuat Pelabuhan Jangkar makin ramai, dan ini menguntungkan bagi pengembangan pariwisata. Karna memberikan perhatian terhadap pengembangan kawasan wisata Merak-Baluran. Ada delapan destinasi wisara di Merak yang mulai terbuka untuk publik. Pemkab Situbondo sudah membuka akses jalan sepanjang 10 kilometer, dan tersisa enam kilometer lagi.
Sektor pariwisata dipercaya menjadi resep manjur untuk mengungkit perekonomian masyarakat di kawasan Merak-Baluran. “Republik ini sudah lebih dari setengah abad merdeka, namun masyarakat Merak-Baluran masih dalam kondisi keterbatasan dan keterbalakangan, karena belum adanya akses jalan. Satu-satunya jalur transportasi hanya lewat laut untuk sampai ke pusat desa, yakni Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih,” kata Karna.
Namun ada beberapa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan Pemkab Situbondo untuk memenuhi harapan para pengusaha pelayaran itu. Selain pelebaran akses jalan, ada dermaga lainnya yang membutuhkan renovasi dengan anggaran kurang lebih Rp 30 miliar. Karna angkat tangan. Kantong Pemkab Situbondo terlampau tipis, dan ia memilih menyerahkannya ke Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk dikembangkan.
Sebenarnya Khofifah sudah meresmikan layanan pelayaran jarak jauh untuk kapal feri dari Ketapang, Banyuwangi, menuju Lembar. Namun ia memahami, Pelabuhan Jangkar memiliki dampak berlipat, bukan saja untuk koneksitas ekonomi, pendidikan, dan sosial. Ini juga berdampak bagi koneksitas membangun keamanan dan ketertiban.
“Kalau memungkinkan, bisa dibuat kalkulasi secara ekonomism bahwa ini profitabel, saya rasa bisa kita lakukan exercise lagi, kita ajukan kembali bahwa ada kebutuhan yang tinggi misalnya,” kata Khofifah.
Dan tombol pertanda beroperasinya Movable Bridge II di Jangkar pun berbunyi nyaring. [wir/ted]
Komentar