Mewabahnya virus corona (Covid-19) di seluruh Indonesia, termasuk di Jatim, mencatatkan satu fenomena khas. Serangan wabah penyakit yang menyerang sistem pernafasan manusia ini sebagian besar korbannya warga di wilayah perkotaan. Kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan lainnya mencatatkan jumlah warga positif terpapar corona lebih banyak dibanding warga di tiap kabupaten/kota di masing-masing provinsi. Sifat penyebaran wabah ini kontak antarmanusia.
Mekanisme untuk menghindari adalah tak kontak secara langsung antara orang satu dengan lainnya. Social and physical distancing pola pencegahan yang wajib dilakukan. Kalau mau lebih keras dan ekstrim adalah lockdown policy seperti berlaku di sejumlah negara, seperti RRC, India, Malaysia, Philipina, Vietnam, dan lainnya.
Sekali pun terdapat warga desa yang terpapar virus corona, jumlah mereka tak sebanding dengan warga kota. Pemerintah dan semua pemangku kepentingan mesti berjuang keras untuk mempertahankan agar desa tak sampai terpapar corona.
Hal itu penting, karena sebagian besar penduduk kita berada di pedesaan. Argumentasi lainnya adalah karena desa adalah lokasi produksi pangan. Terlebih di Jatim, sumbangsih desa dalam produk pangan sangat besar. Tak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan warga Jatim, sekaligus surplus produksi pangan di Jatim dikirimkan di provinsi lainnya.
Kinerja pertumbuhan ekonomi Jatim pada 2019 mencapai 5,52 persen masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 5,04 persen. Dari besaran angka pertumbuhan tersebut, kontribusi besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim sekitar Rp 2.400 triliun. Sektor pertanian memberikan kontribusi besar pada PDRB Jatim, yakni sekitar 12,2 persen.
Data BPS Jatim 2019 menunjukkan, kontribusi sektor industri mencapai 30,02 persen, sektor perdagangan sebanyak 18,57 persen, sektor pertanian mencapai 12,19 persen. Selanjutnya, kontribusi dari 14 sektor lainnya mencapai 39,22 persen.
Sektor pertanian berada di posisi ketiga dalam memberikan kontribusi PDRB Jatim. Yang pertama adalah industri manufaktur dan kedua sektor perdagangan. Industri manufaktur dan perdagangan adalah fenomena perkotaan. Artinya, kegiatan ekonomi yang sebagian besar berlangsung di kawasan perkotaan dan melibatkan tenaga kerja yang bertempat tinggal di perkotaan.
Hal itu berbanding terbalik dengan sektor pertanian dalam arti luas, yakni pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan. Sektor pertanian sebagian besar beraktifitas di kawasan pedesaan dan melibatkan jutaan tenaga kerja yang hidup serta bertempat tinggal di pedesaan.
Yang penting dicatat dalam konteks ini, produksi pertanian dari Jatim tak hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan sekitar 39 juta jiwa lebih warga Jatim, namun sekaligus mendukung kebutuhan pangan 16 provinsi lain yang selama ini logistiknya sebagian besar di-support dari Jatim. Pertanian dan pedesaan menempati posisi strategis dalam konteks ini, terlebih di saat wabah virus corona seperti sekarang.
Data statistik menunjukkan bagaimana tingginya nilai strategis pertanian Jatim bagi kepentingan Jatim dalam perspektif regional maupun dalam sudut pandang nasional. Pada sub sektor peternakan, misalnya, data 2019 menunjukkan, Jatim berada di peringkat pertama sumbangsih pada pemenuhan kebutuhan daging sapi secara nasional. Sebesar 51 persen populasi atau 278.930 ekor sapi berasal dari Jatim. Produksi daging sapi menyumbangkan kontribusi nasional sebanyak 20 persen atau 575.577 ton, ayam berkontribusi nasional sebanyak 28 persen atau 50.539.430 ekor, susu sapi berkontribusi bagi nasional sebanyak 57 persen atau 543.549 ton.
Di samping itu, Jatim dalam konstelasi nasional produksi sektor pertanian juga unggul. Produksi beras surplus 2,45 juta ton, jagung surplus 6,42 juta ton, dan bawang merah surplus 0,13 juta ton. Di tahun 2020, akan dilakukan pengembangan padi sebanyak 10.963.922 ton, pengembangan jagung 6.807.711 ton, pengembangan kedelai 254.317 ton, dan pengembangan bawang merah 324.049 ton.
Dengan jumlah penduduk sekitar 39.875.806 jiwa, yang tersebar di 38 kabupaten dan kota, 666 kecamatan, 777 kelurahan, dan 7.724 desa, data statistik di atas memperlihatkan hampir 90 persen penduduk Jatim berada di pedesaan. Hanya wilayah administratif kota, seperti Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Batu, Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, Kota Blitar, Kota Madiun, dan Kota Mojokerto yang tak ada wilayah administratif desa. Sebanyak 30 kabupaten lain mayoritas wilayahnya merupakan pedesaan, bukan kelurahan dan warganya bertempat tinggal di pedesaan.
Wabah virus corona terbukti berdampak akut menyerang sendi-sendi perekonomian warga perkotaan, baik yang bekerja di sektor industri manufaktur, perdagangan, jasa, dan UMKM. Pukulan telak tersebut dipastikan berdampak pada koreksi pertumbuhan ekonomi lokal, regional, dan nasional.
Kemungkinan besar angka pertumbuhan ekonomi nasional bakal teerkoreksi tajam, di bawah 3,5 persen. Apalagi jika penanganan wabah virus corona ini tak cepat tuntas. China membutuhkan tempo sekitar 2 bulan menuntaskan corona di Wuhan di Provinsi Hubei. Harapan kita rezim Jokowi-Ma’ruf Amin bisa lebih cepat.
Dalam konteks menekan penyebaran wabah virus corona ini, otoritas kekuasaan di Jatim khususnya, selayaknya memberikan perhatian pula pada stabilitas masyarakat dan warga pedesaan. Sebab, sebagian besar penduduk Jatim bertempat tinggal di pedesaan dan desa memberikan kontribusi besar pada stabilitas dan ketahanan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Jatim.
Mekanisme self defense yang dilakukan sebagian warga desa, dengan cara menutup wilayah desanya dari masuknya warga luar yang dicurigai terpapar virus corona, tak selayaknya, semata-mata dibaca dalam perspektif politik. Yakni resistensi warga desa terhadap policy kekuasaan yang tetap membuka semua wilayah RI di tengah meruyaknya wabah virus corona.
Mekanisme pertahanan diri warga desa tersebut, secara langsung maupun tak langsung, bermakna bahwa warga desa bertindak preventif untuk melakukan langkah penyelamatan stabilitas kesehatan dan jiwanya. Dalam makna lain, warga desa sedang mempertahankan aktifitas sosial ekonominya di sektor pertanian. Hal itu mengandung nilai strategis sangat tinggi.
Sektor pertanian dalam arti luas, yang tetap bertahan dan tak terpapar wabah virus corona di saat ini menjadi penopang penting stabilitas ketahanan pangan dan pangsa pasar lapangan kerja, di tengah keterancaman sektor industri manufaktur, perdagangan, jasa, dan UMKM akibat wabah virus corona. Sekali lagi desa memberikan kearifan tinggi dalam penyelamatan warga akibat wabah virus corona. Selamatkan desa, selamatkan Jatim, dan selamatkan Indonesia. [air]
Penulis adalah Ketua PWI Jatim dan Penanggung Jawab
Komentar