Siapa Dia

Perihatin Kondisi TK, Bu Kades Ini Rela Luangkan Waktu Mengajar Anak-anak

Lamongan (beritajatim.com) – Perihatin melihat menurunnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di Taman Kanak-Kanak (TK) Desa Jatirenggo Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan, Kepala Desa Jatirenggo ini memutuskan untuk ikut serta mengajar anak-anak di TK setempat.

Meski perempuan bernama lengkap Try Deasy Kusuma Ning Ayu tersebut berprofesi sebagai seorang Kepala Desa (Kades), namun ia sama sekali tak canggung dan rela menyisihkan waktunya demi bisa mengajar anak-anak TK. Menurutnya, hal itu ia lakukan sebagai wujud kepedulian atas kondisi TK Pertiwi 1 Desa Jatirenggo.

Selain itu, Kades yang akrab disapa Bu Deasy ini juga mengungkapkan bahwa ia penasaran atas turunnya minat para orang tua di desanya yang enggan untuk menyekolahkan anak-anaknya di TK setempat. Oleh karena itu, Bu Deasy bertekad untuk mewujudkan pendidikan yang ramah anak di desanya, sembari melakukan evaluasi atas kegiatan belajar mengajar yang yang ada.

iklan adidas

“Kebetulan TK ini kan milik desa, kita evaluasi kenapa kok setiap tahun minat warga untuk menyekolahkan anaknya di situ (TK Pertiwi 1) kurang. Nah, kita kan ndak bisa menyimpulkan sendiri, maka saya harus tahu dulu dalamnya seperti apa,” ungkap Bu Deasy saat dikonfirmasi, Kamis (30/9/2021).

Lebih lanjut, dari hasil evaluasi yang dilakukannya, Bu Deasy membeberkan mengenai kekurangan yang membuat minat masyarakat setempat turun. Adapun salah satu kekurangan yang paling terasa, imbuh Bu Deasy, adalah metode pembelajaran yang menurutnya begitu kaku dan membosankan.

“Yang saya lihat itu anak-anak terlalu ditekan untuk bisa membaca, terus sistem yang dipakai itu masih sama dengan dulu waktu saya masih TK. Jadi, masuk SD itu sudah bisa membaca, padahal tingkat PAUD itu kan usia 0 sampai 9 tahun sebenarnya,” tuturnya.

Kepala Desa Jatirenggo Kecamatan Glagah, Try Deasy Kusuma Ning Ayu saat mengajar anak-anak di TK Pertiwi 1.

Tak hanya itu, Bu Deasy juga menuturkan, bahwa kondisi yang kaku dan membosankan tersebut menurutnya tak lepas dari tuntutan dan pola pikir orang tua, sehingga mereka lebih menekankan kepada anak-anak mereka untuk terus unggul tanpa memikirkan kondisi psikologi dan lingkungan yang menyenangkan.

“Tapi kalau di (lingkungan) kita kan anak-anak ini memang dituntut untuk pintar, namun orang tua juga mungkin cara mengedukasinya juga kurang. Mindset-nya, anak itu dianggap kalau tidak berprestasi itu artinya anak nol,” tuturnya.

Padahal menurut Bu Deasy, setiap anak memiliki kelebihan masing-masing antara satu sama lain. Bahkan, Bagi Bu Deasy, masing-masing anak itu memiliki keunikan dan karakter tersendiri. “Sebetulnya ndak ada anak bodoh. Kepintaran tidak hanya dari segi akademik. Misalnya anak yang minat di musik, ya arahkan di musik, kalau kita paksakan ke yang lain, ya mungkin enggak bisa,” lanjutnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, Bu Deasy yang baru saja menjalani aktivitas mengajarnya pada tahun ini, pihaknya melakukan sejumlah gebrakan perbaikan di TK dan telah menginisiasi adanya pelajaran ekstra demi menarik minat masyarakat setempat. “Akhirnya ya sudah, saya kasih ekstra bahasa Inggris sama musik,” sambungnya.

Saat ini, Bu Deasy mengajar di TK Pertiwi 1 Desa Jatirenggo dua kali dalam seminggu, lebih tepatnya pada hari Rabu dan Sabtu. “Kalau Sabtu, saya full mengajar, karena pengurusan administrasi di desa memang libur. Sekarang di TK juga ada lukis, tari, nyanyi dan sebagainya. Saya ingin anak-anak tetap mengenal pendidikan yang baik dan bagus, meski berada di desa yang jauh dari kota,” ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, saat ini wanita yang diketahui lulusan Psikologis Universitas Brawijaya ini berkeinginan untuk merubah metode pembelajaran serta pola pikir para orang tua di desanya agar tidak lagi memaksakan kehendak kepada anak, sehingga bisa lebih memahami kepribadian serta karakter anaknya.

“Saya ingin memberikan pemahaman kepada orang tua, agar tidak berpikiran kalau anak enggak rangking satu berarti anak ini bodoh. Saya tidak mau yang seperti itu, yang jelas saya inginnya pendidikan itu yang ramah otak dan ramah anak,” pungkasnya. [riq/but]



Apa Reaksi Anda?

Komentar