Surabaya (beritajatim.com) – Mantan Karumkital (Kepala Rumah Sakit RS Al) Surabaya, Laksamana Pertama TNI Dr I Dewa Gede Nalendra Djaya Iswara SpB SpBTKV(K) hari ini meluncurkan buku Biografi yang berjudul ‘Strategi Nalendra; Ubah Ancaman Menjadi Peluang Rumkital Dr. Ramelan Era JKN’, Jumat (18/1/2019) di Luminor Hotel Surabaya.
Nalendra yang secara resmi melepaskan jabatannya sebagai Karumkital pada 4 Januari lalu, memang dikenal luas sebagai sosok yang membawa RSAL Dr Ramelan Surabaya sukses bertahan bahkan berinvestasi secara massif dalam masa turbulensi pelayanan rumah sakit di Era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Seperti yang diketahui, saat ini banyak Rumah Sakit (RS) yang berjuang untuk tidak merugi atau defisit. Era JKN yang dikembangkan oleh pemerintah melalui BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan memiliki beberapa peraturan dan kebijakan yang dirasa memberatkan RS, karena adanya pola pembayaran yang berubah dari model Fee for Service menjadi pola pembayaran bersistem pengajuan klaim atau Indonesia Case Base Grup (Ina CBG’S) yang pembayarannya hanya dihitung sebatas besaran tindakannya.
Menghadapi turbulensi atau guncangan ekonomi RS tersebut, RSAL sebagai salah satu RS Tipe A, dan RS Dukungan Utama Militer tentu saja juga sempat membuat RSAL merasakan turbulensi yang sama dengan RS lainnya. Untuk menyiasatinya, Nalendra yang saat itu menjadi Karumkital bergerak cepat dengan membuat pola pembiayaan pada pasien yang tetap terkendali tanpa mengurangi mutu pelayanan, yakni dengan Kendali biaya benar benar diperketat.
Nalendra, sebagai pemimpin terus berupaya mempelajari data pelayanan pasien BPJS, melakukan berbagai review dan evaluasi kinerja dan pelayanan. Berbagai perhitungan yang seksama pun akhirnya membawa RSAL keluar dari turbulensi RS dan mendapatkan hasil yang memuaskan dan menjadi RS yang Surplus (untung, red).
Dalam buku yang diluncurkan hari ini pun, Nalendra membagikan beberapa strategi yang ia pakai untuk mengubah ancaman menjadi peluang. Ia pun berharap agar buku ini dapat membantu RS lainnya untuk survive (bertahan) dalam turbulensi RS ini.
“Ini sebenarnya saya hanya memberikan sesuatu yang lain untuk membantu mengelola RS di era JKN, yang saat ini dirasa lebih banyak ancaman. Padahal dibalik ancaman ancaman itu banyak peluang yang sebenarnya bisa kita kerjakan,” ujar Nalendra saat ditemui disela-sela bedah buku.
Nalendra pun membagikan beberapa strategi yang ia terapkan untuk membuat RSAL terus survive dan bahkan surplus di Era JKN ini, yaitu;
Ia melakukan intervensi perut yakni ia memastikan bahwa semua tenaga kesehatan dan karyawan di RSAL terjamin kesejahteraannya. Ia memastika tidak ada satupun yang merasa berkekurangan ataupun imbalan yang timpang dari jasa dan tenaga yang dikeluarkan.
Selain itu, Ia juga berusaha melengkapi sarana prasarana RS. Nalendra yakin dengan berinvestasi pada baiknya sarana prasarana akan mengahasilkan pendapatan yang berkali kali lipat.
“Juga yang penting adalah investasi pada sarana prasarana. Tapi sebagai Karumkital saya juga harus menghitung sarana mana yang harus saya lengkapi yang kita kira bisa menghasilkan berkali kali lipat keuntungan. Saat itu saya merasa ruang operasi lah yang harus diperbaiki terlebih dahulu. Dan dengan perbaikan kualitas maupun kwantitas ruang operasi kita bisa menghasilakan dari awalnya 3 kemudian menjadi 11, tentu saja itu surplus yang luar biasa,” terangnya.
Selanjutnya ia juga memastikan kendali mutu menjadi prioritas, karena menurutnya mutu yang baik mendatangkan kepercayaan. Nalendra mencontohkan pembangunan dan pelayanan di RSAL diusahakan sebaik mungkin sekelas internasional. Hal ini pun dibenarkan oleh politisi senior,Hayono Isman yang hari ini hadir membedah buku Nalendra tersebut.
“Saya jujur saya sangat bangga pada RSAL dan salut kepada pak Nalendra, beliau sanggup membawa fasilitas kesehatan Indonesia menjadi sangat mirip dengan RS di Kuala Lumpur Malaysia.baik dari segi pelayanan maupun alat dan sarananya. Ketika saya ke ICU RSAL saya seperti tidak berada di RS Indonesia, sangat berkelas sekali. Masyarakat harus tahu kalau RSAL standar nya menyamai RS di luar negeri, kalau bisa di RSAL mengapa harus ke KL (Kuala Lumpur),” ujar mantan Menteri Pemuda dan Olahraga tersebut.
Terakhir, strategi yang dijabarkan oleh Nalendra adalah Penerapan model kepemimpinannya yang meniru model kepemimpinan dalam filosofi Jawa, yaitu Asta Brata yang selalu ia pegang. [adg/ted]
Komentar