Surabaya (beritajatim.com) – Memaafkan bukanlah perkara mudah bagi kebanyakan orang. Terlebih karena seseorang memiliki perasaan dan ingatan, sehingga mungkin butuh waktu cukup lama untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Jika belakangan sedang marak istilah love language atau bahasa cinta, kali ini kita akan memahami apa itu apology language atau bahasa maaf beserta jenis-jenisnya.
Apology language merupakan teori yang dikembangkan oleh Gery Chapman. Ia juga dibantu oleh seorang psikolog bernama Jennifer Thomas. Teori ini pada dasarnya membantu seseorang meminta maaf dengan beragam cara.
Adapun lima jenis apology language yang perlu diketahui, di antaranya;
Expressing Regret
Expressing Regret atau pengungkapan rasa penyesalan merupakan salah satu jenis dari apology language. Tipe ini biasanya mengungkapkan rasa penyesalan atas kesalahan dengan tulus.
Ciri dari bahasa maaf yang satu ini ialah mengetahui apa yang menjadi kesalahan. Selain itu juga mengetahui bagaimana perasaan orang yang menjadi korban.
Misalnya: “Aku minta maaf karena telah mengabaikanmu selama ini, sehingga kamu marah dan kecewa”
Accepting Responsibility
Accepting Responsibility atau menerima tanggung jawab identik dengan pengakuan kesalahan. Biasanya dengan kata ‘aku salah’ atau sejenisnya.
Alih-alih menghindari dan menyalahkan orang lain, tipe accepting responbility lebih suka dengan pengakuan atas kesalahan. Misalnya: “Aku sadar ini kesalahanku yang tidak mendengarkanmu sebelumnya”
Making Restitution
Berbeda dengan bahasa maaf sebelumnya, tipe making restitution cenderung memberikan sesuatu sebagai bentuk ganti rugi. Jadi, tak sekadar dengan ucapan maaf atau pengakuan salah, melainkan dengan bentuk menebusnya.
Biasanya mereka akan bertanya apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan. Mereka perlu menunjukkan effort untuk mengetahui seseorang meminta maaf dengan tulus. Misalnya: “Aku akan mengganti barang-barang yang tidak sengaja aku rusakan”
Genuinely Repenting
Genuinely Repenting atau tidak mengulangi kesalahan merupakan jenis bahasa maaf yang cukup banyak diyakini seseorang. Karena pada dasarnya tidak ada orang yang mau menerima permintaan maaf seseorang untuk kesekian kalinya.
Mereka butuh sebuah komitmen untuk perubahan perilaku, sikap, dan sejenisnya, agar tidak terjadi kesalahan yang sama. Selain itu, hindari permintaan maaf yang cenderung terpaksa.
Misalnya: “Aku minta maaf dan aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi” dan hal ini diimbangi dengan perilaku perubahan.
Requesting Forgiveness
Pada tipe requesting forgiveness atau permohonan pengampunan seseorang cenderung memberikan penguasaan penuh pada seseorang untuk memaafkan. Hal ini tentunya dengan tanpa adanya paksaan.
Sehingga butuh memberikan waktu untuk memaafkan kesalahan tersebut. Misalnya: “Aku tahu aku salah, tapi maukah kamu memaafkanku?” (fyi/ian)
Komentar