Surabaya (beritajatim.com) – Fenomena live TikTok dengan mandi lumpur saat ini tengah menjadi sorotan masyarakat. Aksi tak biasa ini mayoritas dilakukan oleh orang tua hingga lansia demi mendapatkan sejumlah koin dari para penontonnya.
Lokasi dan waktu siaran langsung tersebut juga tak biasa, yakni rela mandi lumpur bahkan meminum air dari toilet. Aksi tersebut dilakukan hampir 24 jam lamanya, dan tampak wajah dari mereka menggigil karena kedinginan.
Mirisnya aksi nekat ibu – ibu paruh baya ini hampir sebagian melakukan karena diminta anaknya. Alhasil, banyak para penonton yang iba, lantas memberikan hadiah koin berbentuk mawar, kereta api, dan masih banyak lainnya yang kemudian koin itu dapat diuangkan.
Tentu fenomena ini bukan suatu yang wajar dan tak sedikit orang yang mengkritik aksi nekat mereka.
Tidak hanya itu, para pakar sekaligus netizen menyebut, jika aksi ini sebagai bentuk ngemis namun lewat media sosial. Tentunya aksi ini harus dihentikan.
Menurut Pakar Digital, Anthony Leong memperingatkan bahwa fenomena ngemis online ini dapat terjadi secara berkepanjangan apabila para netizen terus berkontribusi dalam memberikan koin.
Tidak hanya itu, Anthony juga menambahkan bahwa fenomena ini merupakan salah satu dampak dari masyarakat yang semakin dinamis, selaras dengan perkembangan teknologi dan informasi.
Tetapi, semakin banyak perhatian dan kontribusi yang diberikan netizen, maka fenomena ini sulit untuk menghentikannya.
“Solusinya adalah agar hal ini tidak terus terjadi, hentikan menonton mereka, dan memberikan koin tersebut kepada mereka, hentikan juga memberikan perhatian kepada mereka. Ini salah satu cara untuk menghentikan langkah-langkah dari mereka yang melakukan mengemis online,” ujar Anthony.
Sementara, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CHELIOS) Bhima Yudhistira juga berpendapat sama. Menurutnya, fenomena ini dapat menyebar ke platform lainnya sehingga bisa memicu masalah baru.
“Penyebabnya rasa empati pengguna media sosial terhadap lansia atau konten yang menjual kemiskinan. Algoritma platform media sosial membuat pengguna yang pernah menyukai atau share konten sejenis akan disodorkan konten yang berkaitan,” kata Bhima.
Tentu diciptakannya platform media sosial bertujuan untuk berbagai informasi maupun hal positif, namun tidak menutup kemungkinan akan terdapat fenomena negatif yang muncul dari platform tersebut. Oleh sebab itu, fenomena konten yang tidak bermutu ini tidak boleh dibiarkan menyebar secara terus – menerus. (frs/nap)
Komentar