Surabaya (beritajatim.com) – Kasus penyakit Tuberkulosis (TBC) meningkat akhir-akhir ini. Surabaya menjadi daerah dengan kasus TBC terbanyak di Jawa Timur per Maret 2023. Total kasus mencapai angka 10.741 pada 2022, sedangkan hingga Maret 2023 sudah ditemukan sebanyak 1.691 kasus TBC dari target penemuan kasus 11.863.
Kepala Dinkes Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan bahwa dari 10.741 kasus TBC pada 2022 sebanyak 8.218 kasus sudah dilakukan pengobatan. Sedangkan 2.523 kasus lainnya dikoordinasikan ke kabupaten/kota asal untuk segera dilakukan pengobatan berdasarkan riwayatnya.
Dikutip dari laman Dinas Kesehatan, berikut penyebab, gejala dan penanganan kasus TBC:
1. Penyebab TBC (Tuberkolosis)
Tuberkulosis atau TBC (kadang juga disebut TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis di organ paru-paru.
Seseorang bisa terinfeksi bakteri ini ketika seseorang tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) saat penderita TBC batuk, berbicara, bersin, tertawa, atau bernyanyi.
BACA JUGA: Indonesia Peringkat Kedua Penyakit TBC Terbanyak di Dunia, Begini Penjelasan IDAI
Bakteri tuberkulosis yang menyerang paru-paru menyebabkan gangguan pernapasan, seperti batuk kronis dan sesak napas. TBC masuk dalam kategori penyakit menular, ada beberapa kelompok yang berisiko tinggi tertular TBC, yaitu:
– Orang yang tinggal di pemukiman padat dan kumuh
– Petugas medis yang sering merawat penderita TBC
– Orang lanjut usia (lansia) dan anak-anak
– Pengguna NAPZA
– Penderita penyakit ginjal stadium lanjut
– Orang yang mengalami kekurangan gizi
– Penderita yang kecanduan alcohol
– Perokok
– Orang dengan kekebalan tubuh yang lemah, misalnya penderita HIV/AIDS, kanker, diabetes, orang yang menjalani transplantasi organ, dan lain sebagainya
– Orang yang sedang dalam terapi obat imunosupresif, misalnya penderita lupus, psoriasis, rheumatoid arthritis, atau penyakit Crohn
2. Gejala TBC (Tuberkulosis)
Penderita TBC aktif menunjukkan gejala-gejala yang berhubungan dengan pernapasan. Namun pada penderita TBC laten umumnya tidak mengalami gejala. Mereka umumnya, menyadari dirinya menderita tuberkulosis setelah menjalani pemeriksaan untuk penyakit lain.
Bagi penderita TBC aktif, gejala yang muncul sebagai berikut:
– Batuk yang berlangsung lama dan tidak kunjung sembuh (3 minggu atau lebih)
– Batuk yang biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah
– Nyeri dada saat bernapas atau batuk
– Berkeringat di malam hari
– Kehilangan nafsu makan
– Mengalami penurunan berat badan.
– Demam dan menggigil
– Kelelahan yang berlebihan
BACA JUGA: Surabaya Penyumbang Terbesar Kasus TBC di Jatim
Selain menyerang paru, bakteri TBC juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Berikut ini adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar organ paru, menurut organ yang terkena:
– Pembengkakan kelenjar getah bening pada penderita TBC kelenjar
– Kencing berdarah pada penderita TBC ginjal
– Nyeri punggung pada penderita TBC tulang belakang
– Sakit kepala dan kejang pada penderita TBC di otak
– Sakit perut hebat pada penderita TBC usus
Sementara itu, pada penderita TBC anak gejala cenderung lebih sulit dikenali. Karena gejalanya tidak khas sehingga sering dianggap sebagai gejala penyakit lain. Berikut adalah gejala yang mungkin ditemukan pada penderita TBC anak:
– Batuk persisten selama lebih dari 2 minggu
– Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh (stunting)
– Pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati)
– Demam terus-menerus selama lebih dari 2 minggu.
– Anak tampak lemas (malaise) dan kurang aktif
– Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi
3. Pengobatan TBC
Pengobatan yaang paling dianjurkan adalah segera melakukan pemeriksaan ke dokter apabila disinyalir mengalami gejala TBC. terutama jika tinggal bersama atau ada kontak erat dengan penderita TBC.
BACA JUGA: 5 Hikmah Puasa di Bulan Ramadan, Ternyata Sangat Manfaat untuk Kesehatan
Jika pasien diduga mengalami TBC, dokter akan meminta pasien menjalani pemeriksaan dahak, yang disebut pemeriksaan BTA. Pada kasus TBC pada organ selain paru-paru, pemeriksaan BTA juga dapat dilakukan dengan menggunakan sampel cairan selain dahak.
Selain TBA dokter juga bisa melakukan pemeriksaan lanjutan sebagai penguat diagnosis, seperti tes kulit mantoux, tes darah IGRA, bronkoskopi, CT scan, dan foto rontgen.
Diagnosis dan pengobatan dini pada penderita penyakit ini dapat membantu mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Karena jika tidak ditangani dengan segera, TBC dapat berakibat fatal.
Pengobatan penyakit tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan minum obat yang ketat guna mencegah risiko terjadinya resistensi antibiotik.
Pihak dinas kesehatan Surabaya sendiri sekarang tengah melakukan pencegahan dini dan eliminasi TBC.
Sementara itu deteksi dan penemuan kasus secara dini terus dilakukan secara aktif maupun pasif melibatkan seluruh unsur (lintas program, lintas sektor pemerintah, swasta, LSM, akademisi dan masyarakat). (kai/nap)
Komentar