Ragam

Jerman Memberikan Keringanan Pajak Senilai 10 Miliar Euro Bagi Pekerja untuk Atasi Inflasi

Ilustrasi keringanan pajak senilai 10 Miliar Euro yang diberikan oleh pemerintah Jerman. (Pexels/Erick Mclean)

Surabaya (beritajtim.com) – Negara Jerman merasakan imbas perekonomian dunia yang sedang sulit akibat beberapa peristiwa belakang ini. Inflasi Jerman diketahui mencapai 7,5 persen pada bulan Juli, terutama setelah harga bahan bakar energi yang melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner mengatakan akan memberikan keringanan pajak senilai 10 miliar euro atau setara dengan 152,6 Triliun rupiah, Rabu (10/08/22) dilansir AFP.

Keringan pajak ini dilakukan dengan menaikkan tunjangan bebas pajak dasar serta menaikkan tingkat tarif pajak penghasilan tertinggi menjadi 42 persen.

Setiap keluarga berdasarkan keterangan Linder akan mendapatkan keuntungan dari pembebasan pajak terutama untuk keluarga yang memiliki tanggungan anak-anak.

Lindner juga menambahkan bahwa kebijakan ini ditujukan untuk membantu masalah karyawan yang memiliki beban pajak tinggi. Terutama setelah banyak perusahaan yang menaikkan gaji pokok karyawan demi mengatasi inflasi.

“48 juta penduduk Jerman terancam akan menghadapi pajak yang lebih tinggi mulai Januari 2023 jika tidak Keringanan sekarang tidak diberikan,” Kata Linder.

“Negara tidak akan mendapatkan keuntungan pada saat kehidupan sehari-hari menjadi lebih mahal. Karena itu tidak adil dan juga berbahaya bagi pembangunan ekonomi,” lanjutnya.

Sebelum ini Jerman sudah memberikan keringanan pajak sebesar 30 miliar euro yang diberlakukan pada awal tahun 2022 untuk membantu mengatasi inflasi.

Kebijakan ini termasuk pemotongan pajak bahan bakar dan tiket transportasi umum yang berlaku di seluruh Jerman dengan harga hanya 9 euro per bulan untuk bulan Juni, Juli dan Agustus.

Inflasi yang terjadi di Jerman semakin tidak terhindarkan di tahun ini karena konflik Ukraina-Rusia yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Penyumbang euro terbesar di Jerman adalah sektor ekspor, sehingga memerlukan arus distribusi barang yang lancar.

Sekarang Jerman juga sedang kesulitan mendapatkan pasokan bahan energi setelah Rusia secara drastis membatasi pasokannya menyusul invasi ke Ukraina.

Krisis listrik tidak hanya mengganggu daya beli konsumen tetapi juga merugikan industri di Jerman, yang sebagian besar bergantung pada pasokan energi murah untuk ekspor manufaktur.

Oleh karena itu, para pekerja di negara dengan ekonomi terbesar ketiga Eropa ini menghadapi ancaman ganda dari biaya hidup tinggi dan kehilangan pekerjaan. Hal ini semakin diperparah karena perusahaan-perusahaan besar mempertimbangkan untuk menghentikan operasi beberapa pabrik demi menghemat biaya produksi.

Pertumbuhan ekonomi Jerman mengalami perkembangan yang stagnan pada kuartal kedua tahun ini. Sedangkan para analis ekonomi telah memperingatkan kemungkinan resesi pada paruh kedua tidak akan terhindarkan. (Kai/ian)

Apa Reaksi Anda?

Komentar