Surabaya (beritajatim.com) – Hidup itu ibarat seseoran gyang mampir minum air. Sebentar saja pada hakikatnya. Seperti juga gaji kebanyakan kita. Ia hadir ketika gajian, lalu hilang beberapa waktu kemudian. Tidak lama, dompetkembali kosong demi melunasi semua cicilan.
Kondisi demikian kian akrab pada sebagian masyarakat modern saat ini. Di dalam dompet tak jarang ada setumpuk kartu kredit dari bank-bank berbeda. Belum lagi aplikasi pinjaman daring di telepon genggam. Sebagaimana pernah ditembangkan Rhoma Irama bahwa gali lubang tutup lubang terus bergulir selama pengeluaran masih lebih besar dari pendapatan.
Jeratan hutang pun makin mencekik perekonomian seseorang. Sebagaimana Hasil riset Prakarsa bersama YLKI di 2019 tentang jerat hutang rumah tangga menunjukkan bahwa pertumbuhan hutang rumah tangga di Indonesia terus naik dari tahun ke tahun. Merujuk data CEIC, Prakarsa menyatakan pertumbuhan hutang rumah tangga selama 2015-2018 tumbuh sebesar 26 persen.
Ini diperparah dengan kian maraknya teknologi finansial yang memungkinkan sistem pinjaman secara daring dengan syarat lebih mudah. Hutang rumah tangga pun dari segi data makin membuncit. Semua itu kian memperbesar peluang terjadinya fenomena hutang berlebih. Ada beberapa indikasi yang terlihat dari seseorang atau rumah tangga saat terjebak hutang berlebih. Berikut ini uraiannya.
1. Cicilan hutang lebih dari 30 persen pendapatan per bulan. Ini membuat seseorang yang berhutang akan sulit menutupi beban yang emban. Kebanyakan dari pendapatan akan lebih banyak digunakan untuk kebutuhan hutang.
2. Pengeluaran untuk total hutang bisa menyebabkan yang bersangkutan hidup dibawah garis kemiskinan. Angka kemiskinan yang terjadi di Indonesia salah satu sebabnya karena hutang. Rumah tangga atau seseorang yang berhutang terkadang lalai dalam mengelola keuangan. Kelalaian itu membuat beban hutang lebih tinggi dari pendapatan dan berakhir dengan hutang yang menumpuk.
3. Sulit membayar tagihan lebih dari dua bulan. Jika melakukan kredit sebaiknya jangan dilakukan dalam jangka panjang. Sebab jika selama dua bulan terus menunggak akan mempersulit pada seseorang untuk melunasinya.
4. Memiliki tiga atau lebih komitmen kredit, dan merasa keberatan menanggung tumpukan hutang. Perhatikan jumlah kredit yang ditanggung, sebab jika terlalu banyak akan menyulitkan bagi pengemban hutang.
Sebenarnya berhitung bukan hal baik untuk dilakukan. Hindari, bahkan jika bisa sesuaikan kebutuhan dengan jumlah pendapatan. [dan/tur]
Komentar