Surabaya (beritajatim.com) – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak secara khusus memberikan atensi kepada sektor pertanian di Jawa Timur. Hal ini disampaikan dalam Stadium Generale: BUMN 10 Great Cases Pupuk Indonesia yang diselenggarakan oleh pihak BUMN bekerjasama dengan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya dan didukung oleh Markplus, Inc.
Dengan tema bertajuk ‘The Past, Present, and Future of Agriculture Business’, Wagub Emil menyebut bahwa pentingnya dalam melihat sektor pertanian utamanya di Jawa Timur yang merupakan daerah bercorak agraris, dilihat dari banyak komoditi yang dihasilkan dari sektor tersebut.
“Ini adalah tema yang memaksa kita untuk melihat kebelakang, melihat ‘past’ bukan berarti kemunduran tetapi sebuah ‘projectory’. Perjalanannya seperti apa dan masa depannya seperti apa,” ucap Emil di Auditorium Gedung Research Center ITS Surabaya, Kamis (14/7/2022).
Di sisi lain, sumbangsih dari sektor pertanian dalam kontribusi perekonomian di Jawa Timur berada pada peringkat ketiga, dimana sektor manufaktur masih mendominasi dengan menyumbang hampir sepertiga perekonomian Jatim, disusul sektor perdagangan, lalu sektor pertanian.
“Kita perlu memperhitungkan pula dilihat dari proses nanam sampai metik. Jadi, kalau sekali petik kemudian dilakukan penyortiran, packaging dan dijual dengan harga premium itu sudah menjadi nilai tambah perdagangan, kalau diolah menjadi makanan olahan dicatatnya di manufaktur,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Emil menekankan pentingnya melihat sektor pertanian primer. Hal ini dikarenakan hampir sepertiga angkatan kerja terbesar di Jawa Timur berada di sektor pertanian, namun hanya menyumbang 10 hingga 11 persen bagi perekonomian di Jawa Timur.
Fenomena ini sangat berkaitan erat dengan ketimpangan angka kemiskinan dan pengangguran di Jawa Timur dimana para pekerja khususnya di sektor pertanian masih berada dalam lingkup kemiskinan.
“Selama ini kita merasa solusi untuk mengentaskan kemiskinan adalah memberikan pekerjaan, tapi ternyata angka yang ditemukan di kabupaten di Jatim, angka pengangguran rendah, tapi kemiskinannya hingga di atas 10 persen. Artinya, banyak orang yang bekerja tapi tetap miskin dan ternyata setelah zoom lagi kedalam datanya, kita menemukan bahwa kebanyakan mereka bekerja di sektor agriculture,” ungkap Emil.
“Ini yang menjadi challenge, kita melihat bahwa sepertiga bekerja disana, namun kemiskinan juga menumpuk di sektor pertanian, sehingga dalam rapat TKPK kami berani memunculkan istilah ‘kemiskinan agro’ yakni kemiskinan yang muncul di sektor pertanian,” sambungnya.
Sepertiga yang bekerja pada sektor pertanian didominasi oleh pekerja berusia tua dan masih berlatarbelakang lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Hal inilah yang mendasari minimnya minat generasi muda dalam bidang pertanian.
Untuk itu, dirinya mengharapkan perlunya kolaborasi di tiap stakeholder dalam merumuskan dan melakukan langkah-langkah konkret seperti penerapan teknologi, baik yang bersifat nature technology maupun presisi dalam peningkatan produktivitas.
“Bagaimana kemudian teknologi ini akan kita terapkan ke depannya, tantangan kita memperkenalkan teknologi di lapangan. Saya menyambut baik Stadium General yang diselenggarakan BUMN bekerjasama dengan ITS dan disupport oleh Markplus, Inc. ini,” ucapnya
“At the end of the day, agrikultur tetaplah bagian dari bisnis walaupun ada afirmasi dari pemerintah untuk mempertahankan kedaulatan pangan,” pungkasnya. (tok/kun)
Komentar