Malang (beritajatim.com) – Tim Teknis Pemerintah kini masih melakukan verifikasi terkait pencairan rumah korban terdampak gempa bumi di Kabupaten Malang pada April 2021 lalu. Informasi diperoleh, dari 1.023 rumah yang rusak kategori berat, sudah ada 998 rumah yang rekening mereka, berisi bantuan sebesar Rp 50 juta.
Kendati telah mendapat nomor rekening yang berisi nilai bantuan, namun warga yang menjadi penerima masih belum dapat mencairkannya. Hal itu disebabkan, pencairan yang akan dilakukan dengan sistem reimburse itu harus menunggu panduan dari tim teknis.
“Problematikanya sudah kita bicarakan dengan tim dari BNPB, dengan model sistem reimburse, beberapa saat sudah turun. Nanti ada tim teknis untuk kembali turun, melakukan percepatan melalui BPBD, kita minta bantuan dari perguruan tinggi juga,” ungkap Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto, Sabtu (21/1/2023).
Kata Didik, patokan dari tim teknis menjadikan data awal yang sudah diinventarisir, sebagai data sandingan. Dimana nantinya, akan disesuaikan dengan kondisi rumah saat ini yang memang sebagian besar sudah diperbaiki oleh masyarakat.
“Pencairannya nanti menunggu tim teknis turun, itu didasarkan pengeluaran perbaikan. Kalau ternyata kurang dari Rp 50 juta, maka syaratnya semisal hanya Rp 40 juta, sisa Rp 10 juta ini agar segera dibelanjakan. Agar total Rp 50 juta bisa segera dicairkan semuanya,” tegas Didik.
Didik menerangkan, sebagai bukti pengeluaran untuk perbaikan, nantinya tim teknis akan memeriksa kelengkapan nota belanjanya. Hanya saja, pihaknya menyadari jika dalam kondisi tersebut, nota belanja keperluan perbaikan rumah tentu tidak dapat terinventarisir dengan baik. Sebagai solusinya, akan menggunakan pakta integritas.
“Kemudian bagaimana dengan nota belanja, tentu dengan pakta integritas, pernyataan pembenaran yang dibarengi tim teknis. Karena memang nota tidak akan tersimpan rapi, dan ini sudah menjadi kesepakatan antara Pemkab Malang BPBD dan BNPB,” jelas Didik.
Didik menambahkan, tim teknis akan diambil dari sejumlah perguruan tinggi (PT) di Malang. Beberapa diantaranya adalah Institut Teknologi Nasional (ITN) dan Universitas Brawijaya (UB).
“Nanti akan ada tiga sampai lima kampus, kemungkinan saat ini sudah ada yang mulai turun,” tutupnya. [yog/but]
Komentar