Jember (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur, akan membangun jalan sepanjang 15 kilometer di area Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Bupati Hendy Siswanto mengingatkan birokrasi Pemkab Jember agar mendukung program tersebut.
“Kalau Anda mengganjal ini, tidak mem-back up ini, sama dengan Anda tidak memberikan keadilan untuk saudara-saudara di sana. Itu dengan jalan 15 kilometer dan taman konservasi seperti itu bisa kita buat apa-apa untuk kemaslahatan umat,” kata Hendy, dalam pidatonya usai penandatanganan kesepakatan kerja sama dengan Kepala TNMB Nuryadi, di Pendapa Wahyawibawagraha, Rabu (8/3/2023).
Hendy menegaskan, kerja sama ini tidak akan mengubah fungsi TNMB. Kerja sama ini sudah dirintis sejak 2021, dan ia sudah mendatangi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan maupun Perhutani untuk menjajaki kemungkinan pembangunan jalan di sana.
BACA JUGA:
Wisata Pantai Meru Betiri Jember akan Tiru Senggigi
“Ini sebenarnya bukan hanya menjaga Meru Betiri. Lahan konservasi tidak boleh berubah sedikit pun. Fungsinya tetap jadi hutan konservasi. Tujuan awal kami adalah bagaimana melayani sekitar tiga ribu warga Jember di Meru Betiri yang selama ini belum mendapatkan akses jalan yang bagus,” katanya kepada wartawan, usai acara.
Dalam pidatonya, Hendy menegaskan, kerja sama tersebut tak akan terjalin jika tak ada warga Jember di kawasan Meru Betiri. “Andai di Meru Betiri tidak ada warga Jember, mungkin kami akan berpikir dua tiga kali. Kami akan prioritaskan yang lain dulu,” katanya.
Hendy bercerita tentang sekian kesulitan yang dihadapi para siswa dan guru di kawasan Meru Betiri. “Saat pandemi Covid, mereka harus mencari sinyal HP ke atas (dataran tinggi) untuk pembelajaran online. Baru itu turun dan ilmunya dibawa. Kalau hujan, tidak bisa naik ke atas,” katanya.
BACA JUGA:
15 Hektare Hutan Taman Nasional Meru Betiri Terbakar
Padahal, menurut Hendy, warga Meru Betiri sangat kreatif. Mereka memiliki berbagai macam produk makanan dan minuman olahan. “Mereka bilang kepada saya: ‘Pak Bupati, kayaknya mulai lahir sampai sekarang ke sini belum merasakan (kondisi) jalan seperti ini. Saya, Pak, mulai lahir sampai turun-temurun ya begini jalannya sampai sekarang’,” katanya.
Hendy memerintahkan kepada jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) untuk membuat rencana pelaksanaan pembangunan (RPP) dan rencana kerja tahunan (RKT) sebagai tindak lanjut kerja sama tersebut. “Mudah-mudahan tidak terlalu lama selesai,” katanya.
Selama ini Meru Betiri, menurut Hendy, belum pernah tersentuh pembangunan yang signifikan. “Kita GPL, Gak Pakai Lama,” katanya.
“Hak masyarakat di situ harus kita selesaikan. Mereka punya KTP Jember tapi tidak terfasilitasi hasil pembangunan Jember. Kita berpesta pora di alun-alun, sementara warga Meru Betiri untuk datang ke sini susah. Jangan salahkan di sana terjadi pernikahan dini, karena ketidakmerataan pembangunan,” kata Hendy.
BACA JUGA:
HPI: Ibarat Kereta Api, Pengembangan Pariwisata Jember Tak Punya Rel
“Untuk apa kita punya rumah sakit hebat, kalau untuk datang ke sini mereka susah. Kalau mereka hamil, keburu melahirkan di tengah Meru Betiri nanti. Ini semangat perjanjian kerjasamanya,” kata Hendy.
Hendy akan memangkas anggaran di beberapa OPD dalam Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerag 2023 untuk dialihkan ke pembangunan jalan di Meru Betiri. “Saya akan mengerjakan jalan itu. Mungkin kita bikin dua tahap. Sepuluh kilometer kita kerjakan dulu,” katanya.
“Kenapa jalan? Kondisi jalan memang jelek dan tidak layak. Hanya kondisi mobil tertentu yang bisa melewati Meru Betiri. Jalan ini kunci utama. Saya sangat yakin, bahwa begitu jalan dibangun, maka taman konservasi harus dipersiapkan sematang-matangnya untuk menjadi tempat kunjungan wisata, dan multiplier effect-nya lengkap ada di Meru Betiri,” kata Hendy.
Pembangunan Meru Betiri harus berbasis masyarakat setempat. “Kita berdayakan masyarakat situ supaya bisa menjaga wilayahnya. Maka itu harus dikelola masyarakat. Mereka diajari hukum, aturan, dan teknisnya bagaimana,” kata Hendy.
BACA JUGA:
Penguatan Kelompok Sadar Wisata Jember Jadi Kunci Pengembangan Pariwisata
“Saya menganut paham lingkungan bersih. Mazhab saya di situ. Kami mengabdi pada lingkungan yang bersih. Saya cinta berat terhadap Meru Betiri. Jangan pernah disenggol, apapun kondisinya, sampai kiamat nanti,” kata Hendy.
“Kenapa? Kami punya lahan pertanian terbesar ketiga di Indonesia, sekitar 86 ribu hektare. Saya sudah minta kepada Pak Menteri (Pertanian) untuk mengunci lahan itu menjadi lahan pertanian. Lima puluh tahun, seratus tahun kemudian, orang tetap makan nasi. Negara mana pun yang punya lahan pertanian yang cukup itu yang akan menyejahterakan masyarakatnya,” kata Hendy.
“Lahan pertanian kita perlu tangkapan air di daerah-daerah yang memang menyimpan air. Air kita harus diolah, masuk ke hutan-hutan kita yang bisa mengaliri kebutuhan sawah-sawah kita. Jadi senggolannya ke sana. Di taman konservasi, selain ada tanaman yang dilindungi, ada oksigen gratis,” kata Hendy.
Selain itu, pembangunan jalan di Meru Betiri merupakan bagian dari mitigasi bencana tsunami. “Di Bande Alit pernah ada tsunami. Ada lahan evakuasi. Kalau jalan tidak cepat diperbaiki, nauzubillah min zalik, lalu betul-betul terjadi, teman-teman (warga Meru Betiri) mau ke mana?” kata Hendy. [wir/suf]
Komentar