Politik Pemerintahan

Meriahnya Hari Jadi Lamongan ke-454, Ada Kirab Pataka dan Pasamuan Agung

Meriahnya Kirab Pataka Lambang Daerah dan Pasamuan Agung saat Puncak Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 454 (Foto: Thoriq/beritajatim.com)
Meriahnya Kirab Pataka Lambang Daerah dan Pasamuan Agung saat Puncak Hari Jadi Lamongan (HJL) ke 454 (Foto: Thoriq/beritajatim.com)

Lamongan (beritajatim.com) – Peringatan Hari Jadi Lamongan (HJL) ke-454 berlangsung meriah, Sabtu (27/5/2023). Ada kirab pataka lambang daerah dan pasamuan agung sebagai Puncak HJL ke 454 itu. Masyarakat Lamongan pun berduyun-duyun mengikuti acara itu dengan sangat antusias.

Diketahui, kirab itu diawali dengan pembukaan selubung Pataka Lambang Daerah Lamongan dan pemasangan Oncer Sesanti oleh Ketua DPRD Lamongan Abdul Ghofur, lalu dilanjutkan dengan upacara penyerahan Pataka kepada Bupati Lamongan Yuhronur Efendi di halaman Gedung DPRD Lamongan.

Tak berhenti di situ, Pataka kemudian diarak keliling kota melalui rute yang sudah ditentukan menuju Pendopo Lokatantra. Terdapat 1 kereta kencana dan kereta kuda dekorasi yang mengiringi kirab ini dan dinaiki oleh Bupati, Ketua DPRD, Wabup dan jajaran Forkopimda Lamongan.

Selain itu, juga ada 17 bis tayo yang membawa kepala OPD, Camat dan Lurah se-Kecamatan Lamongan. Bahkan, komunitas seniman pun turut menyambut rombongan iring-iringan kirab pataka ini dengan menampilkan beragam kesenian tradisional.

Beragam kesenian itu berupa jaran jenggo, barongsai, hadrah, angklung, reog, akustik, jaranan, jidor dan lainnya. Mereka tampak atraktif dalam menyambut iring-iringan di 24 titik simpul jalan yang dilewati.

BACA JUGA:
Kader PPKBD Lamongan Terima Sepeda Angin di Puncak HJL 454

Saat rombongan tiba di Pendopo Lokatantra, prosesi Upacara Pasamuan Agung untuk menyemayamkan Lambang Daerah Lamongan pun digelar. Prosesi itu diawali dengan Tari Adara Purwa atau Tari Pangayubagya, tari khas Kabupaten Lamongan yang berakar dari tarian lokal, yakni Tari Kiprah Balun dan Tari Muji Sesanti.

Usai tari penyambutan, acara dilanjutkan dengan Sendratari Mahapralaya Airlangga yang mengisahkan tentang Kejayaan Lamongan di masa Sri Maharaja Airlangga. Hingga sekarang, sisa-sisa kejayaannya itu masih ada, dibuktikan dengan keberadaan Candi Patakan di Desa Patakan, Kecamatan Sambeng.

Antusiasme Masyarakat

Masyarakat Lamongan menyemut di jalan untuk menyaksikan kirab
Masyarakat Lamongan menyemut di jalan untuk menyaksikan kirab

Kemeriahan kirab budaya ini pun menyedot perhatian banyak warga, mulai dari anak-anak hingga kalangan tua. Mereka yang berasal dari berbagai penjuru Lamongan itu telah memadati sepanjang jalanan yang menjadi rute kirab.

Salah satu warga yang menyaksikan kirab budaya ini adalah Eva (35), asal Kecamatan Sukodadi, yang datang bersama kedua anaknya dan para tetangganya.

Eva juga mengaku, telah menunggu sekitar satu jam agar bisa menyaksikan kirab. Dirinya bahkan sengaja menggunakan sepeda motor agar bisa berkeliling menyaksikan di setiap titik simpul. Hal itu dia lakukan agar tidak ketinggalan kemeriahan kirab.

BACA JUGA:
Lamongan Gelar Nyadran di Makam Dewi Andongsari, Ibunda Maha Patih Gajah Mada

“Saya dari jam satu siang sudah di depan Gedung DPRD Lamongan, ini pertama kalinya saya menonton kirab Hari Jadi Lamongan. Sangat meriah acaranya, bisa melihat Pak Bupati dan lainnya dari dekat. Saya naik sepeda, setelah dari DPRD ini akan langsung melihat di Alun-alun,” ungkapnya.

Hal senada dikatakan Lia, warga Kelurahan Kauman, yang datang bersama dua anaknya untuk menyaksikan kirab. Lia mengaku senang dengan pagelaran budaya yang berlangsung setiap tahun sekali ini. Dia berharap, kedepan, momentum HJL ini dapat lebih meriah lagi.

“Senang mas. Ya semoga tahun depan lebih meriah, dengan mengikutsertakan seluruh pagelaran di sepanjang rute, agar atmosfer kemeriahan lebih dirasakan masyarakat,” bebernya.

Selain warga yang menyaksikan, hal sama juga dirasakan oleh peserta kirab. Adalah Saifun Nabhan (55), peserta yang berkesempatan memeriahkan HJL bersama tim hadrahnya ‘Jedor Ronojoyo’ dari Kecamatan Paciran. Dia merasa bangga bisa ikut bagian dari hari bersejarah tersebut.

BACA JUGA:
Ketuk Pintu Langit, Lamongan Gelar Majlis Dzikir Maulidur Rasul

“Saya merasa senang bisa diajak ikut di acara ini bersama 13 anggota lainnya, tadi saya berangkat sampai sini sekitar pukul 11.30 WIB. Saya senang, ternyata orang-orang lanjut usia seperti kami masih diberikan kesempatan. Semoga ke depan Lamongan bertambah maju,” ujarnya usai menyambut kirab di titik barat laut Alun-Alun Lamongan.

Sementara Rohim, salah satu pelaku seni reog yang turut memeriahkan HJL mengaku tidak ada persiapan khusus yang dilakukan sebelum HJL. Pasalnya, grup reog ‘Singo Bawono’ setiap minggu intens mengadakan latihan. Meski begitu, Rohim merasa senang dan akan terus mendukung pemerintah dalam melestarikan budaya di Lamongan.

“Kita sudah siap 100 persen, anggota grub reog yang kita ikutkan sebanyak 30 orang. Alhamdulillah antusias penonton luar biasa untuk menyambut arak-arakan tadi. Kami berharap, ke depan para seniman jaranan, reog, campursari semakin banyak dilibatkan dalam acara-acara seperti ini, dan pemerintah semoga lebih baik lagi dalam melestarikan budaya-budaya di Lamongan,” paparnya.

Harmoni untuk Lamongan Megilan

Kirab Hari Jadi Lamongan ke-454
Kirab Hari Jadi Lamongan ke-454

Bupati Lamongan Yuhronur Efendi menyampaikan bahwa dengan mengangkat berbagai budaya dan kesenian tradisional, momentum HJL ke-454 ini dapat menjadi spirit tokoh-tokoh pendiri Lamongan untuk kejayaan Lamongan ke depan.

Sedangkan terkait tema “Merajut Harmoni untuk Lamongan Megilan” pada HJL ke-454, Bupati Yuhronur menjelaskan bahwa tema tersebut relevan dengan tokoh-tokoh Lamongan yang mampu menorehkan tonggak kejayaan masa lampau di tengah-tengah keberagaman dan kemajemukan budaya masyarakat.

“Ing dinten dumadosipun Kabupaten Lamongan kaping 454 tahun niki, Kabupaten Lamongan netepaken semboyan Merajut Harmoni Untuk Lamongan Megilan. Tema niki relevan kalihan sejarah tokoh-tokoh Lamongan ingkang saget menorehkan tonggak kejayaan di masa lampau di tengah keberagaman dan kemajemukan budaya masyarakat,” tuturnya.

BACA JUGA:
Melacak Asal Usul Hari Jadi Lamongan dari Kitab Wasiat Sunan Giri

Orang nomor satu di Lamongan itu juga menceritakan kilas balik sejarah nama Lamongan, demi mengenang dan merefleksikan jejak kekayaan pemimpin terdahulu. Menurutnya, nama Lamongan berasal dari sebutan Adipati pertama Lamongan Ranggahadi, sosok yang mampu nggulowentah (ngeramut, ngerumat, ngemong), dan terbukti berhasil merubah peradaban masyarakat menjadi adem, ayem, tentrem dan religius.

“Nami Lamongan, kanthi mangun patrap pemimpin, Mbah Lamong tansah nuladani lan ngemong, ugi sosok Airlangga, Gajah Mada lan Joko Tingkir ingkang dipun kenal kanthi keuletan lan kaprawiranipun. Sunan Drajat lan Sunan Sendang Duwur ingkang dipun kenal kalian kearifan lan roso welas asihipun. Tokoh-tokoh kasebat sampun dados tonggak kejayaan Lamongan ing mongsonipun lan mugi dados lelandhesanipun spiritual masyarakat Lamongan,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPRD Lamongan Abdul Ghofur menuturkan bahwa tema Merajut Harmoni untuk Lamongan Megilan ini membuktikan tentang betapa pentingnya harmonisasi dalam pembangunan, sehingga kinerja di berbagai sektor pun bisa terus meningkat dan lebih baik.

BACA JUGA:
Puncak Hari Jadi Lamongan Ke-453 Berlangsung Sakral

Tak cukup itu, sambung Ghofur, masyarakat juga bisa benar-benar merasakan manfaat dan kesejahteraan dalam pembangunan di Kabupaten Lamongan ini. Oleh karenanya, Ghofur mengajak kepada seluruh pihak agar bersama-sama bekerja keras untuk mewujudkan kejayaan Lamongan yang berkeadilan.

“Saya mengajak semua pihak tokoh masyarakat, perangkat daerah, TNI, Polri dan seluruh stakeholder serta masyarakat Kabupaten Lamongan untuk bersama-sama bekerja keras untuk pembangunan Lamongan. Semoga dengan momentum hari jadi Lamongan ini, Lamongan senantiasa mendapatkan keberkatan dari Allah SWT dalam mewujudkan cita-cita bersama,” pungkasnya.[riq/suf]

Apa Reaksi Anda?

Komentar