Surabaya (beritajatim.com) – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak berkesempatan berbagi pengalaman diforum inspirasi kecamatan se-Jawa Timur yang dilaksanakan di Hotel Harris Surabaya, Kamis (23/9/2021).
Mengangkat tema ‘Kecamatan CETTAR untuk Jatim Bangkit melalui Pelayanan Dasar, Keperantaraan, dan Kewirausahaan Millenial di Provinsi Jawa Timur’ ini, digelar oleh Biro Administrasi Pemerintahan dan Otonomi Daerah Setda Prov. Jatim dan KOMPAK (Kolaborasi Masyarakat dan Pelayanan untuk Kesejahteraan).
Dalam kesempatannya, Wagub Emil menyampaikan bahwa forum bertajuk kecamatan CETTAR sesuai tagline dari Jawa Timur merupakan wujud dalam membangun karakteristik dari pemimpin di lingkup kecamatan menjadi seorang yang inspirasional.
Emil menyebut camat merupakan ‘bupati kecil’ yang memiliki kedekatan dengan masyarakat desa. Ia juga mengatakan bahwa posisi camat sangat penting sebagai garda depan di wilayahnya masing-masing.
“Camat adalah bapak atau ibuknya kepala desa, makanya kita bener-bener mencari tipikal camat yang dimana mereka yang bener-bener punya kedekatan dengan masyarakat, kepala desa dan merupakan orang yang solutif,” kata Emil.
Lanjutnya, Emil menceritakan semasa menjabat menjadi Bupati Trenggalek melakukan desentralisasi anggaran ke tiap kecamatan serta merumuskan skema musrenbang yang efektif dan efisien. “Musrenbang seringkali monoton, maka dari itu kita membuat rumus 3-5-3, yakni tiga program untuk perbaikan infrastuktur, lima kegiatan ekonomi, dan tiga kegiatan sosial,” kata Emil.
“Harapannya apapun yang diusulkan akan ada implikasi ekonomi bagi masyarakat desa. Ini yang memaksa musrenbang di tingkah bawah dapat memacu pola pikir agar merumuskan program yang baik,” imbuhnya.
Suami Arumi Bachsin ini juga meminta kepada camat di wilayahnya masing-masing untuk dapat melalukan replikasi inovasi guna membangun program yang efektif dan efisien.
“Sekarang semua orang ingin berinovasi, cuman yang menjadi kendala yakni, satu, banyak inovasi yang akhirnya tidak memiliki berkelanjutan, kedua, ada keengganan untuk mencoba mengkolaborasi inovasi dari daerah lain,” jelasnya.
“Padahal prinsipnya ada 3N yaitu niru, niteni dan nambahi, tujuan akhir dari replikasi inovasi ini adalah adanya perubahan model layanan, perubahan ini harus tahan lama, dan didukung oleh kebijakan yang baik,” imbuhnya.
Emil berharap apa yang dilakukan oleh KOMPAK dapat membawa manfaat keberlanjutan di Jawa Timur dan forum inspirasi yang dilaksanakan menjadi knowledge sharing untuk selanjutnya dapat menjadi referensi bagi kab/kota di Indonesia.
“Wayahe kita kemudian berpikiran secara kreatif dalam menciptakan inovasi-inovasi untuk pemerintah desa. Banyak sekali ruang kolaborasi di desa yang dapat dimanfaatkan kecamatan,” tutup Emil. [tok/suf]
Komentar