Banyuwangi (beritajatim.com) – Momen telah mendekati waktu lebaran, para warga mulai meninggalkan Pulau Bali menuju Pulau Jawa menggunakan jasa penyeberangan PT ASDP Indonesia Ferry cabang Ketapang-Gilimanuk. Bahkan gelombang kedatangan mereka mulai dirasakan sejak Jumat (14/4/2023) lalu.
Tradisi mudik atau pulang kampung menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Indonesia saat lebaran tiba. Meski demikian, kadang hal ini menjadi pemandangan yang penuh perhatian.
Pasalnya, kedatangan mereka tidak hanya berjumlah satu atau dua orang dan kelompok kecil. Melainkan, jumlahnya cukup besar bahkan berbondong-bondong bak gelombang datang.
Nah, inilah yang saat ini terlihat di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali. Ratusan bahkan bisa disebut ribuan warga dengan menggunakan berbagai macam kendaraan mulai meninggalkan tempatnya.
Mereka berasal dari berbagai kota di Pulau Bali yang merupakan warga perantauan yang akan merayakan lebaran di kampung halaman. Tujuan mereka juga berbagai macam kota, di Pulau Jawa bahkan, hingga Pulau Madura.
Benar, jika dikatakan para pemudik ini bak gelombang. Karena, mereka datang hanya saat tertentu dan waktu tertentu. Atau bisa dikatakan, meningkat dan landai di jam-jam tertentu. Mengapa?
Karena, pertama mereka memang telah menentukan opsi waktu untuk melakukan mudik. Kedua, mereka mulai memprediksi kondisi di lapangan atau mempersiapkan jauh-jauh hari untuk mudik. Ketiga memang terpaksa mudik, karena waktunya telah tiba.
1. Waktu untuk mudik
Pemudik dari Bali ini memang ada kecenderungan datang di pelabuhan saat malam hari. Ini bukan sebuah kebetulan, melainkan memang kesengajaan.
Sebagian orang memilih waktu malam, karena saat siang mereka masih menjalankan kerja. Ada pula karena mereka masih melaksanakan ibadah puasa dan paling utama adalah menghindari cuaca terik panas yang terjadi di pelabuhan.
Tapi pilihan mudik malam hari ini, juga bisa dibilang kurang efektif. Karena dari sekian banyak pemudik ternyata menentukan waktu yang sama.
Sehingga, terjadilah penumpukan dan antrean karena kedatangan mereka bersamaan. Sehingga harus butuh waktu yang lebih lama karena area pelabuhan tidak cukup menampung semua kedatangan pemudik. Apalagi, mereka harus antre menunggu waktu bongkar muat kapal.
Pilihan waktu malam hari kadang juga harus bersahabat dengan cuaca, berupa angin dan kadang terjadi gelombang.
Pilihan waktu siang hari, sebenarnya cukup baik. Tapi perlu berbagai pertimbangan, salah satunya melawan terik matahari yang cukup panas.
Jika dipantau, antrean penumpang maupun kendaraan saat siang hari justru lebih landai di banding saat malam. Petugas pelabuhan juga telah menyiapkan beberapa tenda untuk tempat berteduh sementara para pengguna jasa, khususnya bagi kendaraan roda dua.
Walau, keberadaan tenda tersebut kadang masih terasa panas karena terik matahari.
2. Persiapan lebih awal
Mudik lebih awal atau dengan jadwal tertentu akan lebih memudahkan. Meski kadang, kondisi ini terjadi tidak sesuai prediksi.
Namun, setidaknya dengan persiapan matang dan melihat momen di lapangan, menjalani mudik akan lebih nyaman. Meninggalkan tempat kerja lebih awal tidak bersamaan dengan warga lain tentunya jauh tidak berisiko menikmati kepadatan dan antrean.
Jika masuk dalam jadwal, sebaiknya mudik usai lebaran atau saat H+ lebaran. Biasanya, warga juga memilih mudik setelah salat ied maupun berangkat H+1 lebaran untuk menghindari antrean penumpang lebih banyak.
3. Terpaksa
Tidak ada pilihan lain selain mudik saat itu juga. Artinya pemudik juga harus bersiap dengan segala risiko yang bakal terjadi.
Namun, sebenarnya jika mau bersabar pasti ada banyak pilihan opsi yang bisa dipilih. Akan tetapi, kadang warga atau penumpang kapal yang tidak ikut mudik juga mendapat imbas dari gelombang tradisi mudik.
Misal, para sopir logistik, warga yang sedang melakukan perdagangan antar pulau, maupun warga yang sedang silaturahmi ke pulau seberang.
Padahal, mereka biasa melakukan perjalanan itu baik dari Pulau Jawa ke Bali dan sebaliknya setiap hari dengan lancar. Akan tetapi saat momen mudik datang, mereka mendapat imbas menikmati suasana kemacetan.
Sebaiknya tentukan waktu mudik yang tepat menurut penilaian masing-masing. Paling penting tetap jaga ibadah, menjaga kesehatan dan selamat sampai tujuan. Sehingga bahagia bersama keluarga saat lebaran tiba. [rin/beq]
Komentar