Surabaya (beritajatim.com) – Ramayana (53) Keluarga korban kecelakaan KA Probowangi di Kecamatan Klakah, Kabupaten Lumajang, Minggu (19/11/2023) tak berhenti menangis. Setelah kakak kandungnya bernama Soekarnoto (56) ikut menjadi koeban.
Sukarnoto dinyatakan tewas usai minibus yang dia tumpangi bersama 15 orang lainnya tertabrak kereta api dan menyebebkan 11 orang meninggal dunia.
Suasana duka menyelimuti rumah korban di Jalan Putat Jaya C Timur gang I, Kelurahan Pakis, Kecamatan Sawahan, Surabaya.
Ramayana menceritakan kakaknya bersama teman-temannya itu memang berniat untuk melakukan reuni SMA dan berwisata di Banyuwangi.
Totok, sapaan akrab Sunarto itu berangkat pada Sabtu (18/11/2023) pukul 23.00 WIB. Totok dijemput dengan menggunakan elf tepat di depan gang rumahnya.
“Iya, pamit. Mobilnya jemput di depan sini. Berangkatnya Sabtu malam jam 23.00 WIB. 14 orang dewasa dan 1 cucu dan yang meninggal 11,” kata Rahmayani saat ditemui, Senin (20/11/2023).
Baca Juga:
11 Orang Meninggal di Lumajang, PT KAI Minta Pemerintah Lebih Perhatikan Perlintasan Kereta Api
Pada, Minggu (19/11/2023) malam perjalanan pulang. Tiba-tiba dia dan keluarga mendapat kabar dari teman kakaknya, jika rombongan reuni SMA itu mengalami kecelakaan.
Temannya itu mengabarkan ke keluarga korban, terdapat telepon yang menggunakan HP salah satu korban bahwa pemilik ponsel mengalami kecelakaan. Tak lama kemudian, anak Rahmayani melihat di medsos dan TV dan mengatakan jika pamannya kecelakaan.
“Katanya itu bapak (Totok), ini kaosnya bapak. Terus saya dibilangi anak saya kalau bapak kecelakaan,” ceritanya.
Mendapatkan kabar itu, dirinya langsung bergegas menuju rumah sakit tempat korban dibawa. Perjalanan cukup panjang hingga akhirnya dia tiba di rumah sakit sekitar pukul 01.00 dini hari.
“Saya langsung berangkat kesana. Jam 1 dini hari sampai sana (Lumajang). Dapat info pertama jam 20.00 WIB,” jelasnya.
Dia mengatakan tidak ada firasat apapun sebelum kepergian kakak nomor tiganya itu. Hanya saja, anaknya sempat melarang agar bapaknya tak ikut pergi reuni.
“Enggak ada (firasat). Anaknya bilang gak usah ikut,” katanya.
Totok yang kesehariannya bekerja sebagai sopir ambulance di Dinas Sosial Pemkot Surabaya itu meninggal 7 orang anak dari dua perkawinan.
“Totok orangnya supel, humble.
Ngumpul sama tetangga, tapi gak sering. Karena kerja. Kurang satu tahun pensiun. Sopir ambulance dinsos. Tahun depan pensiun,” katanya.
Perlu diketaui, di gang tempat Totok tinggal juga ada satu korban yang menjadi korban kecelakaan.
Dia adalah Titik Ristianti. Titik juga teman SMA Sukarnato. Mereka berdua di makamkan di TPU Putat Jaya Jarak.[asg/ted]
Komentar