Sumenep (beritajatim.com) – Aksi unjuk rasa puluhan mahasiswa yang tergabung dalam HMI Sumenep ke Polres setempat, diwarnai kericuhan. Terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian. Bahkan pasukan Dalmas pun terpaksa diturunkan untuk menghalau mahasiswa.
Unjuk rasa itu semula berlangsung tenang, usai Kapolres Sumenep AKBP Rahman Wijaya menemui pengunjukrasa dan meminta maaf atas insiden Minggu (13/03/2022) yang menyebabkan meninggalnya Herman. Situasi mulai memanas ketika mahasiswa meminta agar Kasi Humas Polres Sumenep AKP Widiarti ikut keluar menemui mereka dan mengklarifikasi ucapannya yang menyebutkan Herman adalah begal motor.
“Ibu Widi, silakan keluar menemui kami. Kami ingin bu Widi mengklarifikasi dan mencabut keterangannya yang menyatakan Herman itu begal. Herman bukan begal, bu. Herman itu orang baik-baik. Dia hanya depresi karena persoalan rumah tangganya,” kata korlap aksi, Asmuni, Rabu (23/3/2022).
Para pengunjukrasa pun geram ketika Kasi Humas tak kunjung keluar menemui mereka. Massa kemudian memaksa masuk Polres untuk mencari Kasi Humas. Namun keinginan pengunjukrasa masuk ke Polres dihadang anggota. Aksi saling dorong pun tak terhindarkan. Situasi mereda ketika AKP Widiarti keluar menemui mahasiswa.
Di hadapan mahasiswa, Widiarti menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban, apabila ada kata-katanya yang tidak berkenan.
“Dengan segala kerendahan hati, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Keterangan yang saya sampaikan berdasarkan data dari keluarga Herman yang bernama H. Jalil. Saya menyampaikan pernyataan itu dalam kapasitas sebagai Humas. Sekali lagi, kalau saya salah, saya mohon maaf sebesar-besarnya,” ujar Widiarti.
Pernyataan tersebut tampaknya tidak membuat para pengunjuk rasa puas. Mereka ingin AKP Widiarti mencabut keterangannya bahwa Herman adalah seorang begal. “Bu Widi, silahkan katakan: Herman bukan begal. Herman tidak mencuri uang kotak amal masjid. Herman tidak minum-minuman keras. Ini saja yang kami inginkan. Katakan seperti ini bu. Jangan bertele-tele,” teriak pengunjuk rasa.
Bahkan salah satu adik Herman, ikut berbicara di hadapan Widiarti. Sambil menangis, adik Herman mengatakan bahwa Herman bukanlah seorang begal. Widiarti pun kembali berbicara dan kembali meminta maaf sebesar-besarnya kepada keluarga korban. “Dengan segala kerendahan hati, sekali lagi, kami mohon maaf sebesar-besarnya,” ucap Widiarti.
Sebelumnya, pada Minggu (13/03/2022), viral beredar video penembakan yang dilakukan polisi terhadap seorang pria di depan Swalayan Sakinah, Jl. Adirasa. Pria itu diketahui bernama Herman, warga Desa Gadu Timur, Kecamatan Ganding. Sedikitnya ada tiga video yang beredar hampir di semua grup whatsApp. Video tersebut rata-rata diberi caption: “begal ditembak mati polisi”.
Dalam salah satu video itu, terlihat polisi menembak pria yang mengenakan jaket hitam dan helm putih. Terdengar dengan jelas suara tembakan beberapa kali. Bahkan ketika pria itu tersungkur, masih terdengar berondongan tembakan.
Versi polisi, pria yang ditembak itu merupakan terduga begal sepeda motor. Korbannya seorang wanita. Saat akan merampas sepeda motor, tersangka menodongkan celurit pada korban. Namun versi keluarga, pria itu bukan begal. Belakangan ini dia kerap membawa senjata tajam, setelah mengalami depresi akibat ditinggal istrinya selingkuh. [tem/suf]
Komentar