Surabaya (beritajatim.com) – Sudah empat hari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Berbagai kebijakan pendukung PSBB pun diaplikasikan. Terkait hal tersebut Ikatan Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya (IKA FKM Unair) yang terhubung melalui aplikasi Zoom memberikan beberapa kunci sukses PSBB.
“Beberapa rekomendasi diharapkan menjadi perhatian bagi para alumni FKM Unair, masyarakat luas dan stakeholder yang terkait dengan Covid-19,” ujar Estiningtyas selaku ketua IKA FKM Unair.
Dari diskusi beberapa narasumber tersebut dihasilkan beberapa rekomendari sebagai berikut.
Menerapkan Prinsip 3T+D
Kunci sukses pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar/PSBB, dengan prinsip kunci 3T+D, yaitu Trust, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah; Tracing dan treatment, penguatan pelacakan terutama di sekitar wilayah kontak kasus positif dan skrining massal, serta treatment yang tepat terutama pada aspek non klinis berupa sanksi bagi yang melanggar aturan.
Kemudian Team, Tim Pengendali/ Gugus Tugas, yang berhubungan dengan mekanisme perencanaan, koordinasi, komunikasi dan informasi; serta DISIPLIN masyarakat yaitu: Diam di rumah saja, Ingat jaga jarak, Selalu berpikir positif, Ingat pakai masker, Patuhi prosedur dan protocol, Lindungi diri, keluarga dan orang sekitar, Ingat sering-sering cuci tangan, Nasehati orang lain untuk disiplin.
Sosialisasi Massif dan Penegakan Disiplin
Salah satu tantangan terbesar pelaksanaan PSBB adalah disiplin masyarakat yang cukup rendah. Berdasarkan data survey Kajian Perilaku Abai Masyarakat terhadap Penggunaan Masker dan Physical Distancing dalam Pencegahan Covid-19 di Surabaya, yang dilakukan oleh Balitbang Provinsi Jawa Timur, menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat menggunakan masker sangat rendah yaitu 10,8 persen dan tingkat kepatuhan masyarakat menerapkan anjuran Physical Distancing rendah yaitu 25,45 persen.
“Hasil survey ini senada dengan survey yang dilakukan oleh Balitbang Kemenkes RI,” ungkap Estiningtyas selaku ketua IKA FKM Unair
Hal itu menyebabkan bahwa tidak ada jalan lain kecuali dengan dengan sosialisasi lebih massif dan perlu ada penegakan displin dari pemerintah dan swadaya masyarakat. Lalu, disertai dengan antisipasi pemerintah menyiapkan jaring pengaman social (ekonomi) bagi masyarakat yang terdampak dengan cermat dan seksama
Evaluasi Sistem Kesehatan
Situasi pandemi Covid-19 saat ini adalah momen yang baik untuk mengevaluasi sistem kesehatan di Indonesia. Pandemi Covid-19 menunjukkan bagaimana masih lemahnya sistem kesehatan di Indonesia. Peradaban sistem kesehatan perlu direvitalisasi, dengan melakukaan penataan, pengendalian, dan pengelolaan yang lebih baik.
Sinergi Organisasi Profesi
Masing-masing organisasi profesi harus saling bersinergi dalam penanganan Covid-19. Sebab,permasalahan Covid-19 tidak dapat diselesaikan oleh satu sektor saja. Bila merujuk pada spectrum upaya kesehatan (Prof Ascobat Gani, 2003), maka upaya penanggulangan bencana non alam Covid-19 bisa ditelusur dari sisi hulu (Public Health), melalui upaya pengorganisasian masyarakat, sampai dengan hilirnya pada upaya pelayanan klinis medis di fasilitas pelayanan kesehatan.
Setiap pribadi dan masyarakat dapat berkontribusi pada penanggulangan Covid-19. Misalnya melalui kegiatan education, empowerment dan law enforcement, dan penerapan peraturan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
“Sebagai pribadi adalah sebagai anggota keluarga; rukun tetangga, rukun warga, desa/kelurahan dan seterusnya, termasuk di dalamnya profesi dan OP,” pungkasnya. Selain itu peran serta masyarakat dan sarjana kesehatan masyarakat juga dibutuhkan dalam menyukseskan PSBB. [adg/suf]
Komentar