Ponorogo (beritajatim.com) – Untuk antisipasi terjadinya kekeringan dan kesulitan air bersih, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Ponorogo mulai melakukan mitigasi bencana. Yakni dengan melakukan langkah-langkah strategis, seperti persiapan personel, mengecek sarana dan prasarananya meliputi armada dan tempat tampungan air jika nantinya dilakukan droping air bersih.
“Data kejadian tahun 2019 menjadi patokan dan acuan kami untuk tahun ini. Yakni, ada 10 kecamatan, 25 desa dan 32 titik distribusi air bersih di wilayah Ponorogo,” kata Kabid kedaruratan dan logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono, Sabtu (13/6/2020).
Budi, sapaan akrab Setyo Budiono mengatakan, BPBD juga melakukan pengecekan lokasi yang biasanya menjadi langganan droping air bersih. Dia mencontohkan di Desa Duri, Kecamatan Slahung yang biasanya menjadi yang pertama dan terakhir droping air bersih.
Awal Juni ini, Pemdes setempat belum meminta droping air bersih untuk warganya. Padahal pada 2019, bulan Mei juga sudah meminta droping air bersih. “Kami cek di sana, sumur dalam yang dibangun pada 2018, airnya masih ada,” katanya.
Kabid kedaruratan dan logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono [foto/dok.beritajatim.com]
Masih adanya sumber air di sumur-sumur itu, kata Budi, kemungkinan buah dari reboisasi yang dilakukan masyarakat beberapa tahun lalu. Sehingga pohon-pohon yang ditanam, sudah bisa mengikat air.
“Reboisasi yang dilakukan sepertinya sudah mempengaruhi sumber air yang ada. Hingga kini sumber air itu masih mengalir,” pungkasnya. [end/suf]
Komentar