Ngawi (beritajatim.com) – Siti Tam (59) warga Dusun Bandung Desa Semen Kecamatan Paron Kabupaten Ngawi hanya bisa pasrah. Dia sementara tak bisa melanjutkan pekerjaannya sebagai peternak sapi.
Dua ekor sapi ternaknya mati imbas terkena penyakit mulut dan kuku (PMK). Dia pun menjual dua ekor sapi jantan yang dalam kondisi sakit senilai Rp8 juta saja. Kini di kandangnya tak lagi ada sapi yang dipeliharanya.
“Yang dua mati itu indukan dan anak sapi umur dua bulan. Indukannya sakit lima hari sudah susah makan. Berliur gitu. Saya sudah kasih obat dan mendatangkan dokter. Tapi ternyata tidak sembuh dan mati. Anak sapinya sudah tiga hari tidak makan dan ikut mati,” kata Siti, Jumat (27/1/2023).
Dia pun menangis sedih usai dua ekor sapi itu mati. Dia memutuskan untuk menjual dua ekor sapi jantan yang tersisa. Sapi itu dalam kondisi sakit dan hanya laku senilai Rp8 juta. “Mau bagaimana lagi, saya sudah punya firasat buruk kalau tidak segera dijual. Daripada rugi lebih parah. Upaya pengobatan sudah pakai obat tradisional juga sudah. Padahal tahun kemarin tidak seperti ini,” kata Siti.
Meski begitu, warga Ngawi ini menyabut untuk kawasan dusunnya baru sapinya saja yang terjangkit PMK. Setahu dia, tetangganya yang juga memelihara sapi masih belum terdampak. Diketahui, wilayah Jawa Timur mengalami penibgkatan kasus PMK. Untuk wilayah Kabupaten Ngawi saja sudah 281 kasus yang masih aktif. [fiq/suf]
Komentar