Surabaya (beritajatim.com) – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyebut jika merdeka belajar adalah awal untuk menuju merdeka berkarir. Menurutnya, program merdeka belajar yang digagas Mendikbudristek Nadiem Makarim harus didukung dengan merdeka berkarir.
Mantan Bupati Trenggalek itu menilai, bahwa saat ini tangga karir jauh lebih flat. Artinya, posisi apapun bisa diraih oleh seseorang jika memiliki prestasi atau achievment (pencapaian).
“Artinya kalau merdeka belajar, tapi karirnya gak merdeka ya percuma. Dulu karir mulai dari staf, supervisor, kemudian asisten manajer dan seterusnya,” ujar Emil dalam acara Career Center Officer Program (CCOP) Indonesian Career Center Network (ICCN) Wilayah Jawa Timur, Kamis (25/5/2023).
Emil menambahkan, saat ini paradigma berkarir sudah berubah drastis. Ini menjadi kesempatan kampus untuk berbenah. Kata dia, kampus tidak boleh menjadi menara gading. Artinya, yang mengerti bahasa orang kampus hanya orang kampus saja.
“Tantangan di lapangan hanya sebatas pembahasan tapi tidak pernah diterapkan. Ini yang coba digagas oleh Mas Menteri (Nadiem Makarim) bagaimana merdeka belajar ini lebih aplikatif,” jelasnya.
Dalam merdeka berkarir, lanjut dia, tidak boleh lagi ada istilah salah jurusan. Saat ini yang terpenting adalah mencoba untuk omni disiplin, tidak lagi mono disiplin. Yang harus dipahami, yakni bagaimana saat ini generasi muda bisa lebih fleksibel.
“Masa depan tidak bisa divonis dari 4 tahun kuliah. Ada banyak cara menjemput peluang tanpa harus meratapi salah jurusan. Makanya kalau saat ini sudah eranya digital, orang harus ngerti information teknology (IT) meskipun cuma sedikit. IT juga harus diimbangi dengan komunikasi,” katanya.
Emil mengatakan, program merdeka berkarir ini juga perlu adanya keluwesan. Merdeka belajar mencoba mengeluarkan seseorang dari keterkungkungan untuk merdeka berkarir. “Apalagi hal-hal yang sifatnya sangat technical sudah tergantikan oleh kecerdasan buatan artificial intelegence (AI),” jelasnya.
Untuk mendukung merdeka berkarir, lanjut Emil, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengembangkan program Millenial Job Center (MJC) yakni sebuah program yang berusaha memecahkan dua hal dalam satu program. Menurutnya banyak anak muda saat ini yang menguasai teknologi digital.
Emil Dardak Ajak Pemuda Surabaya Buat Langkah Perubahan di Masa Depan
Emil mengungkapkan, talenta-talenta baru sudah banyak, namun belum sesuai requirement. Karena itu, pihaknya mengkonversu kantor-kantor sub wilayah Pemprov Jatim menjadi East Java Super Coridor.
“Jadi kami mengombinasikan UKM dengan talenta muda dan diberikan mentor yang sudah berpengalaman di agency untuk mengembangkan. Saat ini sudah 7500 project dijalankan oleh MJC padahal saat itu sedang covid. Target kami adalah 10.000 project untuk menjawab pola gigs economy. Mari kita mentransformasikan peluang merdeka belajar menjadi merdeka berkarir melalui peningkatan peran dari career center network,” ungkapnya.
Sementara itu Presiden ICCN Teddy Indira Budiwan mengatakan, mayoritas perguruan tinggi tidak mengatur atau mempersiapkan dengan baik mahasiswanya setelah lulus. Menurutnya, ICCN yang sementara sudah menggandeng 500 lebih perguruan tinggi akan merancang pelaksanaan program pembinaan karir bagi lulusannya, demi menurunkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
“Harapannya para mahasiswa dan lulusan dapat merancang peta karir (jenjang karir) dengan baik, sehingga dapat menjadi insan yang Merdeka Belajar dan Merdeka Karir yang paripurna,” jelasnya
Diketahui jumlah mahasiswa lulusan perguruan tinggi di Indonesia terus bertambah, namun lapangan kerja yang tersedia tidak berbanding lurus. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 mencatat, jumlah penduduk usia produktif atau angkatan kerja sebanyak 140 juta jiwa dari total 270,20 juta jiwa penduduk indonesia. Jumlah itu diperkirakan akan terus berkembang pesat.
Sementara Ditjen Dikti Kemendikbudristek mencatat, pada tahun 2020 ada 4.593 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Kemudian pada tahun 2022, disampaikan pula bahwa perguruan tinggi di Indonesia menghasilkan 1,5 juta lulusan sarjana maupun diploma setiap tahun. Sementara lapangan kerja yang tersedia, hanya berkisar 300 ribuan tiap tahun.
“Berkaca dari data tersebut, perlu langkah dan perencanaan matang agar Sumber Daya Manusia (SDM) produktif yang melimpah, bisa tertampung, tidak sia-sia,” pungkasnya. [ipl/ted]
Komentar