Pendidikan & Kesehatan

Unusa dan Unicef Kerjasama Cegah Stunting di Jatim

Webinar dan Talkshow Gizi dalam upaya mengatasi stunting di Jawa Timur di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari, Surabaya
Webinar dan Talkshow Gizi dalam upaya mengatasi stunting di Jawa Timur di Auditorium Lantai 9 Tower Unusa Kampus B Jemursari, Surabaya

Surabaya (beritajatim.com)Unusa bersama UNICEF berkomitmen untuk turut menurunkan angka stunting di Jawa Timur. Ini adala ketiga kalinya dari kedua pihak untuk bekerjasama mencegah stunting.

Data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menyebut, target dan capaian prevalensi stunting di Jatim tahun 2019 hingga 2021 terus mengalami penurunan. Meski belum sampai menyentuh target tahunan, namun tercatat menurun dari 26,86% pada 2019 menjadi 25,64% pada 2020.

Kemudian, menjadi 23,5% pada tahun 2021. Pada tahun 2022 menjadi 19,2%, angka ini di bawah 20% yang menjadi standar World Health Organization (WHO). Tapi standar WHO kini diubah menjadi di bawah 10%.

BACA JUGA:

Akuntansi Unusa Jadi Prodi Terbaik di Indonesia

Stunting menjadi musuh bersama dan harus ditangani secara bersama-sama karena jika mengandalkan bidang kesehatan hanya berperan 30%, sisanya 70% harus dilakukan oleh semua sektror terkait.

Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Prof Achmad Jazidie mengungkapkan terima kasihnya karena Unusa dipercaya UNICEF untuk membuat beberapa program dalam menurunkan angka stunting di Jatim. Unusa dipilih karena selalu konsen di bidang kesehatan. Apalagi, Unusa memiliki Prodi S1 Gizi dan Prodi Kebidanan Akreditasi Unggul.

“Terkait dengan Prodi S1 Gizi Unusa sendiri, tahun 2022 meraih akreditasi unggul, sehingga mencatatkannya menjadi ke-2 PTN/PTS dan Pertama PTS se-Indonesia. Hasil akreditasi ini adalah salah satu bukti kompetensi yang ada di prodi Gizi. Untuk program-program penurunan stunting, Unusa akan selalu berperan aktif dalam hal tersebut,” ungkapnya.

Sementara Direktur Direktorat Riset, Teknologi, dan, Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek RI Prof M Faiz Syuaib menyampaikan apresiasinya kepada Unusa, karena telah berperan dalam menurunkan angka stunting di Jatim, terlebih Unusa digandeng UNICEF dalam merealisasikan program-programnya.

Kata dia, kegiatan Unusa ini perlu ditiru oleh kampus-kampus lokal lainnya. Sehingga konsep riset dapat dihilirisasi dan dapat dikerjasamakan dengan pihak-pihak terkait maupun perusahaan melalui dana Corporate Social Responsibility (CSR). Kementerian memiliki program yang dapat membantu hilirisasinya, melalui Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat), salah satunya fokus penanganan stunting.

“Program Kosabangsa merupakan hasil kolaborasi dalam pelaksanaan tri dharma antara insan akademik dari perguruan tinggi pelaksana dan perguruan tinggi pendamping. Tema utama yang diusung untuk implementasi Kosabangsa tahun 2022 adalah kemandirian ekonomi, ketahanan pangan, dan kemandirian kesehatan,” ungkapnya.

Faiz menambahkan, selain berfokus pada capaian pengabdian kepada masyarakat yang lebih baik, Kosabangsa juga menggagas kegiatan mentoring dari perguruan tinggi pendamping yang merupakan perguruan tinggi dengan akreditasi unggul dan atau memiliki pengalaman dan keahlian di bidang pengabdian kepada masyarakat terhadap perguruan tinggi pelaksana.

“Produk riset, inovasi, dan teknologi tidak akan banyak bermanfaat apabila hanya disimpan di kampus untuk meningkatkan reputasi kampus semata melalui ukuran jumlah publikasi dan inovasi yang dihasilkan, tapi yang jauh lebih penting adalah seberapa banyak manfaat yang dapat diterima masyarakat dari hasil inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi tersebut,” ungkapnya. [ipl/kun]



Apa Reaksi Anda?

Komentar