Pendidikan & Kesehatan

Senangnya Orang Tua Murid TK Untuk Indonesia Jalan Indragiri Surabaya

Wisuda TK
Wisuda Murid TK Untuk Indonesia di G-Suites Hotel, Surabaya

Surabaya (beritajatim.com) –  TK Untuk Indonesia di Jalan Indragiri, Surabaya menggelar acara wisuda di tengah polemik tradisi wisuda jenjang TK hingga SMA. Banyak orang tua siswa yang keberatan dengan adanya kegiatan tersebut, karena mereka dipaksa mengeluarkan biaya tambahan.

Namun beda cerita ketika TK Untuk Indonesia di Jalan Indragiri, Surabaya ini yang menggelar acara wisuda. Para orang tua siswa justru senang bahkan bersyukur saat anak-anaknya dapat mengikuti kegiatan tahunan tersebut.

Alasannya jelas. TK Untuk Indonesia ini merupakan TK di Surabaya yang menggratiskan seluruh biaya pendidikan, termasuk wisudanya. Bahkan, murid di TK ini juga mendapatkan fasilitas seperti study tour, makanan hingga buku secara cuma-cuma.

Pada kesempatan wisuda kali ini, ada sebanyak 11 murid yang diwisuda dari total 25 murid TK B. Mereka belum diwisuda karena memang belum cukup umur untuk masuk SD.

TK yang didirikan oleh Rucita Permatasari ini memang dikhususkan bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu di Surabaya. Untuk masuk di TK ini cukup membawa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT/RW.

Seperti yang diungkapkan Kristina, salah satu orang tua murid TK Untuk Indonesia ini. Ia mengaku jika sudah dua tahun anaknya bersekolah di TK secara gratis. Selama ini, dirinya mengaku tidak pernah ditarik biaya.

“Kami orang-orang prasejahtera, anak kami bisa bersekolah di sini. Mereka dibimbing, diberikan ilmu yang baik. Kami menikmati setiap bantuan. Kami bersyukur selama dua tahun anak kami boleh menimba ilmu di TK Untuk Indonesia,” ungkap Kristina, Selasa (27/6/2023).

Baca Juga: Polemik Wisuda Siswa, Eri Cahyadi: Keberatan Proteso

Kristina merupakan seorang cleaning service di salah satu Gereja di kawasan Pakis, Surabaya. Karena itu, dirinya sangat bersyukur anaknya bisa diterima di sekolah lengkap dengan berbagai fasilitasnya, namun tanpa dipungut biaya sepeserpun.

“Bantuannya seperti sembako, kemudian anak-anak diajak jalan-jalan keliling wisata yang mereka tidak pernah tahu, misalnya ke Dino Park. Fasilitasnya cukup baik, dan wisuda ini sama sekali tidak ditarik biaya,” katanya.

Sementara Wulandari, orang tua murid yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung juga mengaku sangat bersyukur dengan adanya sekolah gratis ini. Bahkan, dua anaknya merupakan murid di TK Untuk Indonesia tersebut.

“Dua anak saya sekolah di sini. Satunya lulus tahun lalu, satunya tahun ini. Awalnya ada teman segereja ngasih info kalau di sini ada sekolah gratis, terus kalau kemana-mana nggak bayar. Pokoknya tinggal berangkat aja,” ujarnya.

Tak hanya itu, Wulandari menambahkan jika selama belajar di TK Untuk Indonesia anaknya juga mendapatkan berbagai fasilitas gratis mulai dari makanan, snack, dan buku. Baginya, hal itu sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam kesehariannya ia hanya bisa mencari rongsokan, mengamen dan terkadang berjualan jajajan ciki.

“Pokoknya gimana caranya kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. TK kan biasanya bayar, kadang ada DP-nya, uang gedung, SPP kan jadinya bingung mau sekolah di mana. Terus ada info di TK Untuk Indonesia ini,” tuturnya.

Pendiri TK Untuk Indonesia Rucita Permatasari

Sedangkan Rucita Permatasari mengatakan jika dirinya tergerak untuk mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Apalagi, di Surabaya masih banyak anak-anak yang belum bisa menulis dan membaca. “Nah, menurut saya itu harus menjadi perhatian khusus untuk pemerintah ke depannya,” kata dia.

Di tengah polemik wisuda seperti saat ini, Kak Cita, sapaanya itu mengungkapkan jika dirinya berkomitmen untuk tidak memungut biaya apapun selama anak-anak dari keluarga tak mampu itu mengenyam pendidikan di sekolahnya, termasuk biaya wisuda.

“Saya memang sudah beri’tikad dan berjanji akan memberikan wisuda ini sebagai kenangan untuk wali murid dan anak-anak TK Untuk Indonesia agar mereka bisa merayakan wisuda bersama-sama dengan sahabatnya, keluarganya. Karena tidak ada pungutan biaya, otomatis tidak ada pengaruh seperti yang ramai di luar,” jelasnya.

Sebagai sekolah gratis, pihaknya pun mengaku membuka pintu selebar-lebarnya kepada siapapun untuk memberikan bantuan. Bantuan tersebut nantinya akan langsung diserahkan kepada murid yang memang membutuhkan.

“Jadi, tidak ada (bantuan, red) kita tampung atau saya bawa. Perhatian pemerintah ada beberapa, kayak pengurusan akta kelahiran,” ungkapnya. [ipl/ted]


Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks



Apa Reaksi Anda?

Komentar