Pendidikan & Kesehatan

Rawat Keberagaman, Kemendikbudristek Gelar Sarasehan Anggoro Kasih

Surabaya (beritajatim.com) – Dalam bentuk upaya merawat keberagaman, Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Sarasehan Anggoro Kasih secara tatap muka, Senin (25/10/2021).

Kegiatan yang bekerja sama dengan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), yaitu organisasi wadah yang menghimpun organisasi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang sifatnya legal dan sudah berbadan hukum. Kegiatan kali ini berbeda dari yang sebelumnya, karena diadakan di Pondok Pesantren tepatnya Pondok Pesantren Ahlus-Shafa Wal Wafa.

Tentu saja kegiatan yang berlangsung dengan penuh keakraban tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Seperti dikatakan Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA), Sjamsul Hadi bahwa kegiatan Sarasehan Anggoro Kasih merupakan sebuah forum diskusi untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai dan sistem Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang nilai-nilai Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kegiatan ini rutin dilaksanakan pada Senin malam atau malam Selasa Kliwon. Pemilihan Pondok Pesantren dengan mengundang berbagai elemen masyarakat yang berasal dari latar belakang berbagai agama dan kepercayaan,” papar Sjamsul.

Sarasehan Anggoro Kasih, lanjut dia, merupakan upaya untuk menumbuhkan rasa cinta kasih baik antarumat beragama dan penghayat kepercayaan maupun masyarakat pada umumnya. “Intinya, tujuan kami adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara kebebasan beragama dan berkepercayaan itu dengan komitmen kebangsaan untuk menumbuhkan cinta tanah air,” jelasnya.

Kegiatan Sarasehan Anggoro Kasih kali ini menghadirkan pembicara KH Mohammad Nizam As-Shofa sebagai pengasuh Pondok Pesantren Ahlus-Shafa Wal Wafa, Naen Soeryono sebagai Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI), dan Dr Akhol Firdaus sebagai perperwakilan dari akademisi.

“Semoga Sarasehan Anggoro Kasih menjadi sebuah arena diskusi untuk menggali nilai nilai luhur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, dapat dipahami dan diinternalisasikan nilai-nilai
budaya spiritual dan kearifan lokalnya,” pungkas Sjamsul. (tok/ted)

Apa Reaksi Anda?

Komentar