Lamongan (beritajatim.com) – Kecamatan Paciran masuk sebagai kecamatan yang memiliki potensi tinggi akan stunting di Kabupaten Lamongan. Hal itu seperti yang dilaporkan oleh Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS) Kabupaten Lamongan.
Oleh karenanya, intervensi berupa pemberian ASI ekslusif hingga usia 23 bulan harus terus didorong, termasuk pemberian imunisasi lengkap dam makanan tambahan pada balita untuk mengatasi kekurangan energi dan penyakit kronis.
Lalu pemberian tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri (Rematri), melakukan cek HB, sosialisasi serta konseling gizi gemar makan protein hewani, dan lainnya.
Suyatmoko selaku TPPS Kabupaten Lamongan memberikan masukannya agar setiap intervensi yang dilakukan tersebut dituliskan secara detail, baik secara deskriptif maupun kuantitatif. Hal itu dilakukan agar intervensi bersifat akuntabel saat dilakukan monitoring.
“Kepada TPPS Kecamatan harap melengkapi data intervensi dengan penjelasan kuantitas maupun berbentuk persentase. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam melakukan monitoring akan intervensi yang dilakukan dengan hasil yang didapat. Karena selain menggencarkan pemenuhan gizi juga terdapat pola asuh yang harus kita amati,” terang Suyatmoko, Senin (19/6/2023).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lamongan, dr. Taufik Hidayat mengungkapkan bahwa penanganan stunting dikelompokkan menjadi 2, yakni secara kuratif dengan menemukan kasus stunting yang berpijak pada data dari kegiatan bulan timbang dan dilanjutkan secara preventif, melalui upaya pencegahan.
“Kita harus melakukan 2 hal untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya kasus stunting. Secara kuratif yang didasarkan data bulan timbang, harus diperhatikan dengan saksama saat melakukan input data by name by addres, karena dari situ kita dapat menghitung kasus secara angka. Setelah terhitung baru akan dilanjutkan dengan penyusunan upaya,” terang Taufik.
Dijelaskan Taufik, screening yang dilakukan setiap satu bulan sekali ini menetapkan 5 indikator sebagai sasaran percepatan dan penurunan stunting, yakni 10.314 remaja putri (477 masuk kategori merah, 3.657 masuk kategori kuning, dan 6.577 masuk kategori hijau).
Lalu 1.362 calon pengantin (83 masuk kategori merah, 429 masuk kategori kuning, dan 847 masuk kategori hijau), 5.976 ibu hamil (450 masuk kategori merah, 2.548 masuk kategori kuning, dan 2.973 masuk kategori hijau), 1.934 ibu nifas (60 masuk kategori merah, 775 masukkategori kuning, dan 1.099 masuk kategori hijau).
BACA JUGA:
Angka Stunting di Lamongan Tinggi, IDI Usung Konsep Baru Untuk Atasinya
Kemudian 23.616 anak usia di bawah dua tahun atau sekitar 0-23 bulan (Baduta) (938 di antaranya masuk kategori merah, 7.264 masuk ketegori kuning, dan 15.433 masuk kategori hijau). “Daerah yang masuk dalam kategori merah dan kuning ini akan diberikan intervensi untuk mengatasi kasus dan tentunya memenuhi target angka stunting tahun 2024 di Lamongan sebesar 12,3 persen,” tuturnya.
Launching Ferrameg oleh Pemkab Lamongan
Ferrameg adalah singkatan dari “Fe (tablet tambah darah) di Hari Rabu Megilan”. Melalui Ferrameg, ferrous yang diminum remaja putri (rematri) dapat dilakukan secara konsisten seminggu sekali, yakni tiap hari Rabu, sepanjang tahun.
Itulah Ferrameg, program inovasi yang dimaksudkan sebagai langkah untuk mencegah stunting dan menurunkan angka kematian ibu dan anak yang dimulai sejak dini.
Program Inovasi Ferrameg ini baru saja dilaunching oleh Bupati Lamongan Yuhronur Efendi pada Senin (19/6/2023) hari ini, bertempat di SMPN 2 Lamongan. Program ini juga dijadikan sebagai gerakan serentak yang diikuti oleh 27 kecamatan se-Lamongan.
Bupati Yuhronur menyebutkan bahwa berdasarkan sensus kesehatan nasional, dari 76 persen capaian ferrous yang telah dibagikan ke rematri, hanya 1,4 persen tablet tambah darah (TTD) yang diminum. Sehingga, dia mengimbau, perlu adanya pembangunan kesadaran di rematri, maupun orang tua dan guru sebagai pendorong.
“Saat ini yang harus kita lakukan adalah memberikan kesadaran bahwa gerakan ini harus dijaga dan konsisten, pastikan TTD ini diminum, berikan kesadaran bahwa ini penting untuk anak didik dan remaja didik kita. Aksi ini menjadi momentum support kita semua, supaya mempunyai kesadaran yang sama bahwa gizinya cukup, anak-anak terhindar dari stunting. Lamongan bebas stunting,” paparnya.
Lebih lanjut, Bupati Yuhronur merinci, salah satu permasalahan gizi di Indonesia adalah anemia (kurang darah). Anemia sendiri, menjadi salah satu komponen yang menyebabkan capaian kurang baik untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi, termasuk terhadap angka stunting.
“Survei Riskesdas (riset kesehatan dasar) tahun 2018 menyebut bahwa 3 anak dari 10 rematri di Indonesia menderita anemia. Kaitannya dengan Lamongan, kita harus terus menekan dan menjaga resiko anemia. Karena sesuai hasil screeaning TTD pada rematri di Kabupaten Lamongan, diketahui masih terdapat 4,45 persen yang status resiko merah,” katanya.
Sebagai informasi, capaian Ferrous atau tablet tambah darah di Lamongan saat ini mencapai 71,63 persen atau lebih baik dari standar, yakni 70 persen. Sedangkan untuk ibu hamil telah mencapai 92,35 persen.
Ditegaskan pula oleh Yuhronur, stunting adalah suatu hal yang harus diselesaikan dan dihadapi bersama, sehingga dibutuhkan komitmen dari berbagai pihak terkait untuk menyiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045. “Meski capaian ini cukup bagus tapi untuk menjaga penurunan angka kematian ibu dan bayi serta stunting, kegiatan ini perlu dilakukan secara konsisten dan istiqamah, sehingga hal-hal yang menggangu upaya penurunan stunting, angka kematian ibu dan bayi, akan lebih bisa dicegah,” tegas Yuhronur.[riq/kun]
Komentar