Surabaya (beritajatim.com) – Yayasan PLATO (emPowering & Learning through Assistance, Training & Organizing) dengan dukungan UNICEF menggelar Program Pencegahan dan Penanganan Kekerasan dan Eksploitasi Seksual Anak di Ranah Daring (SETARA-OCSEA).
“Program ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan ramah anak di dunia maya,” kata Program Manager OCSEA Jawa Timur Moch. Choliq Al Muchlis saat pelatihan di MAN 1 Surabaya, Kamis (22/6/2023).
Muchlis menyebut perkembangan dunia digital telah menyasar seluruh sisi kehidupan. Saat ini anak Indonesia menggunakan gawai sebagai perangkat utama mereka di dunia online.
“Sisi gelap dari era digital saat ini pun tidak bisa dihindari. Kejahatan di dunia maya (cyber crime) juga mengancam setiap pengguna internet,” katanya.
Selain itu, kata dia, adanya kekerasan berbasis gender dan eksploitasi seksual kepada anak di dunia maya juga cukup tinggi.
Diketahui 3 dari 10 anak mengalami kekerasan dan eksploitasi seksual online (ECPAT,DtZ,2020). Kekerasan dan eksplotasi seksual terhadap anak banyak terjadi di platform media sosial, seperti WhatsApp, Facebook, dan Facebook Messenger.
Baca Juga:
Adu Mulut Warnai Penggusuran Rumah Kalianak Timur Surabaya
“Telah marak terjadi cyberbullyng, sexting, grooming dan kejahatan maya lainnya yang menjerat anak di dunia maya,” katanya.
Muchlis menambahkan berbagai modus dan pola yang beragam dilakukan oleh orang dewasa untuk menjerat anak sebagai korban kekerasan di ranah daring. Namun, ditengarai hingga 56% anak tidak pernah menceritakan insiden yang dialami kepada siapapun.
“Hal ini menunjukkan bahwa usia anak masih sangat rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual di dunia maya. Dari berbagai situasi tersebut, anak akan terus terdampak bila berbagai tantangan tidak terkendali dan tidak segera diatasi dengan berbagai strategi dan aksi,” ujar Ketua LBH Plato ini.
Disisi lain, Muchlis menyebut program ini penting untuk meningkatkan kapasitas guru dan peserta didik dalam melakukan pencegahan dan penanganan kekerasan dan eksploitasi seksual di ranah daring. Selain itu, kata dia, dalam rangka menciptakan ruang digital yang aman bagi anak.
Baca Juga:
Begal Sadis Rampas Motor Mio di Jalan Dharmahusada Surabaya
“Perwakilan peserta baik guru dan siswa juga menyusun rencana aksi dalam pengembangan dan pendampingan sekolah INSAN (internet sehat dan aman bagi anak) untuk menuju Sekolah atau Madrasah Ramah Anak,” katanya.
Peserta pelatihan ini terdiri dari 6 sekolah sebagai sekolah INSAN, yang merupakan percontohan Program SETARA -OCSEA di Kota Surabaya.
Yaitu MAN 1 Surabaya, MTsN 1 Surabaya, MTs Imam Syafi’I, MTs Yatabu, MTs Alif Laam Miim dan MTs Ittaqu, SMP Santa Maria Surabaya dan SMK Krian 2 Sidoarjo, yang diwakili dua guru dari setiap sekolah.
Satu guru adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan satu guru dari Bimbingan Konseling (BK) dan Dua siswa dari setiap sekolah, satu Ketua Forum Anak Surabaya.
Dan satu Fasilitator dari Forum Anak Surabaya, dan dua orang perwakilan dari Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya sehingga total keseluruhan peserta sebanyak 32 orang perwakilan. [asg/beq]
Komentar