Jember (beritajatim.com) – Nur Yasin, anggota Komisi IX DPR RI dari Daerah Pemilihan Jember dan Lumajang, Jawa Timur, berharap tak ada lagi gizi buruk (stunting) di Indonesia pada 2045.
Hal ini diungkapkan Nur Yasin dalam acara sosialisasi gerakan masyarakat (germas) dalam penurunan stunting dan Covid-19, di Kampus II Universitas Islam Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis (4/8/2022) siang. “Saya bukan membesar-besarkan kasus stunting. Tahun 2045, kita 100 tahun merdeka. Itu tahun emas. Tapi sekarang angka stunting masih besar,” katanya.
Menurut Nur Yasin, satu dari empat anak yang baru lahir di Indonesia mengalami gizi buruk. “Bayangkan. Dua puluh tahun lagi kita akan berhadapan dengan Vietnam. Thailand, dan bahkan dengan Laos yang masih jauh di bawah kita saat ini. Mereka sangat bagus program penanganan stuntingnya,” katanya.
“Kalau kita bersaing dengan mereka, (dengan rasio) empat lawan empat, salah satu dari kita tidak bisa bersaing, karena anak stunting secara fisik kecil dan otaknya jauh di bawah rata-rata. Itu yang paling menakutkan. Jadi sopir saja agak susah,” kata Nur Yasin.
“Apakah Anda mau pada saat seratus tahun Indonesia merdeka, masih banyak orang mengalami stunting? Tentu tidak mau. Oleh karena itu saya dalam rapat dengan Kementerian Kesehatan dan BKKBN. saya minta agar pada 2045 tidak ada lagi anak Indonesia yang lahir dalam keadaan stunting. Kalau tidak, ya 0,0001 persenlah,” kata politisi Partai Kebangkitan Bangsa ini.
Nur Yasin menegaskan, gizi buruk (stunting) bisa menjadi malapetakan bagi Indonesia. “Negara kita tidak miskin. Negara kita kaya. Di Korea tanah yang bisa ditanami hanya 18.9 persen. Selebihnya itu batu. Tapi kenapa HP Samsung buatan Korea? Mereka itu kaya otak, orang-orangnya,” katanya.
“Jadi jangan dientengkan. Bahkan pernah ada seorang penulis dari Jepang bilang: sudahlah, tukar Jepang dengan Indonesia. Orang Jepang pindah ke Indonesia tidak bawa apa-apa. Orang Indonesia pindah ke Jepang bawa barang-barang yang ada. Dalam kurun waktu 10 tahun, orang-orang Jepang di Indonesia akan maju. Sampai begitu melihat kondisi pembangunan sumber daya manusia di Indonesia,” kata Nur Yasin.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang PKB Jember Ayub Junaidi mengatakan, angka gizi buruk di Jember masih merah. “Semoga segera keluar dari zona merah menuju zona hijau, karena ini betul harus kita garap bersama,” katanya.
Ayub berharap legislator DPR RI terus membantu Jember untuk menekan angka gizi buruk sebagaimana dilakukan Nur Yasin. Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jember bahkan memberikan penghargaan kepada Nur Yasin karena kepeduliannya terhadap upaya pengurangan gizi buruk di wilayah Kabupaten Jember.
Program-program kerja dari pemerintah pusat melalui legislator DPR RI sangat dibutuhkan di Jember. “Anggaran Kabupaten Jember tidak mampu sendirian,” kata Ayub. [wir/suf]
Komentar