Pendidikan & Kesehatan

Ketua NU Jember: Santri Lokomotif Penyebaran Nasionalisme

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember KH Abdullah Syamsul Arifin [foto: Humas Unej]

Jember (beritajatim.com) – Santri harus menjadi lokomotif untuk menyebarkan paham-paham kebangsaan. Tidak ada masalah dan tidak ada kontradiksi antara paham kebangsaan dengan paham keagamaan yang selama ini diajarkan di pesantren kepada para santri.

Hal ini dikemukakan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember KH Abdullah Syamsul Arifin, dalam tabligh akbar memperingati Hari Santri Nasional 2021, di Masjid Al-Hikmah Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (26/10/2021).

Abdullah mengingatkan, ada semangat para santri dalam mencintai tanah air menjaga dan merawat kesatuan negara. “Itu juga bagian dari agama. Hubbul wathan minal iman,” katanya, sebagaimana dilansir Humas Unej.

Mayoritas ulama dan umat Islam di seluruh dunia termasuk oleh Nahdlatul Ulama di Indonesia dan di belahan negara lainnya memandang, agama dan negara ini memiliki pola hubungan simbiosis mutualisme. Agama butuh negara dan negara butuh agama.

“Agama adalah pondasinya dan negara pengawal dan penjaganya. Negara dan agama itu sama dengan saudara kandung yang tidak sempurna salah satu kecuali dengan saling melengkapi satu dengan lainnya,” kata Abdullah.

Abdullah berharap peringatan Hari Santri tidak hanya bersifat seremonial tahunan. “Namun harus mampu memantulkan semangat patriotisme dalam menjaga dan merawat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya. Hal ini karena penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri tidak boleh dilepaskan dari akar semangat dan historisnya yaitu Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari.

Dengan identitas kebangsaan ini, Abdullah menilai, terjadi perluasan makna santri. Santri tidak selalu identik dengan mereka yang sedang atau pernah menempuh pendidikan agama di pesantren. “Santri adalah mereka yang memiliki semangat nasionalisme dan melaksanakan ajaran agama dalam konteks ke Indonesiaan. Selesai paham keagamaan dan bernegaranyanya. Maka itu masuk dalam makna santri,” kata pengasuh pondok pesantren Darul Arifin ini. [wir/kun]

Apa Reaksi Anda?

Komentar